Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Logo Nestle
Ilustrasi Nestle (wikimedia commons)

Intinya sih...

  • Pabrik Bandaraya di Kawasan Industri Batang menjadi pusat produksi minuman siap saji

  • Nestlé kini mengoperasikan empat pabrik utama di Indonesia

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE - Nestlé Indonesia memperluas investasinya di Tanah Air dengan nilai total sekitar US$670 juta sebagai wujud komitmen jangka panjangnya memperkuat rantai pasok lokal, ekspor regional, serta mengembangkan industri makanan dan minuman dalam negeri.

Salah satu realisasi investasi tersebut adalah pembangunan pabrik Bandaraya di Kawasan Industri Batang, Jawa Tengah. Fasilitas produksi itu telah diresmikan sebagai pusat produksi minuman siap saji (ready-to-drink beverages) untuk pasar domestik dan ekspor. Pabrik bernilai US$220 juta ini menjadi yang pertama berdiri di kawasan industri ini, sekaligus memperluas jaringan manufaktur Nestlé di Indonesia.

“Pada masa COVID-19 [2021], kami tetap percaya diri meningkatkan investasi kami, yaitu pembukaan terbaru pabrik di Jawa Tengah [yang] kami namakan Bandaraya,” kata Director of Corporate Affairs & Sustainability Nestlé Indonesia, Sufintri Rahayu, dalam acara Media Gathering di Jakarta, Sabtu (1/11).

Dengan tambahan fasilitas di Batang, Nestlé mengoperasikan empat pabrik utama di Indonesia—yaitu Karawang (Jawa Barat), Panjang (Lampung), Kejayan (Jawa Timur), dan Bandaraya (Jawa Tengah)—serta didukung lima kantor distribusi, sembilan kantor penjualan, dan tujuh co-manufacturing.

Modal yang digelontorkan tidak hanya meningkatkan kapasitas produksi, tetapi juga memperluas dampak ekonomi bagi masyarakat. Nestlé Indonesia saat ini mempekerjakan 3.000 karyawan tetap, 2.000 tenaga co-manufacturing, serta bermitra dengan lebih dari 25.000 peternak sapi perah dan petani kopi di berbagai daerah.

Sudah begitu, hampir 100 persen produknya merupakan hasil produksi lokal, baik untuk konsumsi dalam negeri maupun ekspor.

“Sebagian kecil memang masih diimpor, tapi hampir semua kami produksi di pabrik Indonesia. Produk yang kami kembangkan pun selalu melewati proses sertifikasi halal sebelum diluncurkan,” katanya.

Sebagai bentuk dukungan terhadap ekspor dan kepatuhan standar global, Nestlé meneken nota kesepahaman (MoU) dengan BPJPH demi penguatan implementasi sertifikasi halal. Langkah ini diharapkan dapat memperluas akses produk Nestlé ke pasar internasional, terutama di kawasan Asia Tenggara dan Timur Tengah.

 

Editorial Team