Airlangga juga berharap bahwa sejumlah sektor usaha akan ikut pulih, seperti manufaktur, pertambangan, dan perkebunan yang telah membaik lebih awal. Sedangkan, sektor pertanian dan real estate juga menunjukkan ketangguhannya di masa pandemi COVID-19.
“Jika momentum ini bisa kita pertahankan, kita harapkan ekonomi Indonesia akan terus tumbuh sebesar 5,2 persen pada 2022,” ujarnya. Bila prediksinya benar, maka perekonomian domestik akan kembali normal ke era sebelum pandemi atau 2019 dengan pertumbuhan 5,02 persen.
Sebagai gambaran, sektor manufaktur, misalnya, saat ini sedang ekspansif. Berdasarkan data IHS Markit, angka Purchasing Managers’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada November 2021 mencapai 53,9. Meski sedikit menurun dari 57,2 pada Oktober, namun angka PMI di atas 50 mengindikasikan industri dalam negeri sedang menggeliat.
Di luar itu, lanjut Airlangga, pandemi COVID-19 juga meningkatkan pengangguran. Pada Agustus 2020, sekitar 29,12 juta orang atau 14,28 persen penduduk usia kerja dikategorikan menganggur, tidak bekerja sementara, tidak masuk angkatan kerja, maupun bekerja dengan pengurangan jam kerja.
Demi mengatasi persoalan tersebut, katanya, strategi pemerintah adalah memanfaatkan program Kartu Prakerja. Hingga akhir November 2021, sedikitnya telah tercatat 78 juta pendaftar online program tersebut. Sementara, sejak 2020 jumlah penerima manfaat sebanyak 11,4 juta orang dengan total insentif yang disalurkan Rp25,1 triliun.
Sedangkan, bagi UMKM yang terdampak pandemi, pemerintah juga telah menyiapkan berbagai program kebijakan agar mereka bisa bertahan. Serangkaian program perlindungan sosial bagi masyarakat juga telah diberikan, yaitu Kartu Indonesia Pintar Perguruan Tinggi, Program Indonesia Pintar, Jaminan Kesehatan Nasional bagi Penerima Bantuan Iuran, Program Keluarga Harapan, Bantuan Sosial Tunai, dan Kartu Sembako.