Riset: Investor Kripto Memiliki Kebiasaan Keuangan yang Baik

Inverstor kripto dinilai berorientasi masa depan.

Riset: Investor Kripto Memiliki Kebiasaan Keuangan yang Baik
Ilustrasi cryptocurrency. Shutterstock/eamesBot
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Investor aset kripto (cryptocurrency) sering kali dianggap tidak percaya pada lembaga keuangan tradisional. Melihat hal ini Luno, platform perdagangan kripto global, bersama YouGov melakukan riset terkait kebiasaan keuangan para investor cryptocurrency.

Riset dilakukan terhadap 6.642 responden  di tujuh negara, termasuk Indonesia. Responden berusia minimal 18 tahun mengikuti riset pada 20 Agustus sampai 2 September 2021. Berikut paparan selengkapnya terkait riset kebiasaan keuangan para investor aset kripto.

Tujuan investasi jangka panjang

Hasil riset Luno dan YouGov menunjukkan, bahwa cryptocurrency tidak dilihat sebagai upaya investasi jangka pendek atau jalan pintas untuk 'cepat kaya'. Para investor justru memiliki tujuan jangka panjang. Tiga alasan paling umum, yakni untuk tabungan pensiun, deposit dalam rangka kepemilikan rumah, dan mendanai pendidikan anak-anak mereka.

Motivasi berinvestasi di aset kripto tentu berbeda beda. Di Indonesia (57 persen) dan Malaysia (49 persen) menargetkan aset kripto untuk menambah dana pensiun, sedangkan di Australia (41 persen) dan Inggris (36 persen) berinvestasi untuk kepemilikan properti. Adapun di Kenya (58 persen) dan Afrika Selatan (56 persen) para investor beralasan untuk mendanai pendidikan anak-anak mereka. 

Hal menarik lainnya, jauh dari stigma yang melihat bank sentral sebagai musuh, sebagian besar investor kripto lebih positif tentang sistem keuangan dibanding masyarakat pada umumnya. Lebih dari setengah (54 persen) pemegang cryptocurrency mengatakan sistem keuangan global dikelola 'baik' oleh otoritas pemerintah dan bank (peringkat 6 hingga 10), sedangkan angka ini turun menjadi 42 persen untuk populasi umum.

Pertimbangan dalam merencanakan keuangan

Survei juga menunjukkan, investor cryptocurrency tidak mudah percaya pendapat yang beredar. Namun, lebih cenderung mencari penasihat keuangan dari pihak ketiga. 

Faktanya, 90 persen dari pemegang aset kripto yang berdialog dengan Luno mengatakan, bahwa mereka telah mencari beberapa alternatif saran keuangan. Di antara populasi pada umumnya, angka ini turun menjadi 68 persen.

Tak hanya itu, berbagai faktor turut memengaruhi keputusan investasi para investor kripto dalam berinvestasi. Secara umum ada tiga faktor utama, yakni keluarga, perusahaan jasa keuangan, dan konsultan keuangan pribadi, berikut perinciannya.

  • Australia – Keluarga (23 persen)
  • Indonesia – Keluarga (21 persen)
  • Malaysia – Keluarga (21 persen)
  • Kenya – Perusahaan jasa keuangan (23 persen)
  • Nigeria – Keluarga (21 persen)
  • Afrika Selatan – Perusahaan jasa keuangan (18 persen) dan konsultan keuangan pribadi (18 persen)
  • Inggris – Konsultan keuangan pribadi (17 persen)

Menempatkan investasi di banyak instrumen

Riset menunjukkan bahwa investor tidak hanya berfokus pada investasi mata uang digital. Mereka cenderung mengalokasikan dana untuk menabung dan memiliki berbagai instrumen investasi. Selain itu, mayoritas (78 persen) investor mata uang kripto menabung secara teratur, dibandingkan sekitar dua pertiga dari masyarakat umum (65 persen).

Fakta lainnya, para investor kripto tidak hanya menabung secara teratur, tetapi mereka juga memiliki portofolio yang beragam. Di samping itu, mereka terbiasa memanfaatkan peluang untuk memiliki jenis aset keuangan lainnya termasuk, obligasi (19 persen : 10 persen), bahkan emas (25 persen : 14 persen). 

Menariknya, investasi emas digital juga diminati para pemegang aset kripto di berbagai negara. Indonesia berada di urutan teratas (63 persen), disusul Malaysia (39 persen), Australia (21 persen), Afrika Selatan (18 persen), Inggris (10 persen), Nigeria (8 persen), dan Kenya (4 persen).

Cerdas finansial

Satu dari tiga (28 persen) pemegang kripto memiliki hingga 10 persen aset mereka dalam mata uang digital. Hanya 13 persen investor kripto yang memiliki lebih dari setengah aset mereka dalam mata uang digital.

Menanggapi temuan temuan tersebut, Marcus Swanepoel, CEO Luno mengatakan, bahwa penelitian menunjukkan cryptocurrency bukan lagi investasi khusus. 

“Kami melihat bahwa orang-orang mengadopsi cryptocurrency bersama dengan bentuk aset lainnya. Yang terpenting, kita dapat melihat bahwa orang yang memiliki cryptocurrency cenderung memiliki kebiasaan keuangan yang sehat,” katanya.

Dia menambahkan, “Investor kripto cerdas secara finansial, mereka menabung lebih teratur, mereka memiliki aset yang lebih beragam, dan mereka memiliki tujuan jangka panjang. Saya harap penelitian ini membantu menghilangkan beberapa mitos dan stereotip seputar investasi mata uang kripto.”

Kunci investasi kripto

Cryptocurrency merupakan aset dengan volatilitas tinggi. Artinya harga aset kripto memiliki kemungkinan naik yang tinggi tapi kemungkinan turun yang tinggi.

Perencana keuangan Safir Senduk mengatakan, sebelum membeli aset investasi ini, calon investor harus memiliki manajemen keuangan yang baik dan sehat. Dana yang digunakan untuk membeli aset kripto adalah uang yang tidak digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

“Harus pakai uang nganggur. Di luar uang anak sekolah, uang dana pensiun, dan lain-lain atau bisa disebut uang dingin. Jangan ditiru kalau ada yang beli aset kripto dari uang yang terpakai tiap bulannya,” ujarnya dalam sebuah webinar, Kamis (3/6).

Safir memaparkan beberapa strategi untuk menekan kerugian dari investasi ini. Pertama, sebaiknya masyarakat mempelajari prospek aset kripto, seperti berapa jumlah peredarannya tahun ini dan tahun depan. Dengan mempelajari, maka risiko kerugian bisa ditekan.

Kedua, lakukan pembelian saat harga aset kripto sedang turun atau murah. Jangan membeli aset tersebut ketika harganya sedang baik.

Ketiga, lanjutnya, jika masyarakat ingin membeli salah satu aset kripto namun harganya terlalu mahal, dapat melakukan pembelian secara bertahap. “Misalnya, harga Bitcoin terlalu mahal per kepingnya. Bisa beli sedikit-sedikit dulu misalnya 20-30 persennya. Nanti setelah harganya turun lagi bisa beli lagi. Sekalinya naik lumayan untungnya,” katanya.

Terakhir, jangan coba-coba membeli salah satu aset kripto hanya karena mengikuti tren atau terpengaruh pada orang lain yang sukses mendapatkan hasil keuntungan dari investasi kripto.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Cara Daftar OpenSea dengan Mudah, Lakukan 6 Langkah Ini
11 Bahasa Tertua di Dunia, Ada yang Masih Digunakan
GoTo Lepas GoTo Logistics, Bagaimana Nasib GoSend?
BTPN Syariah Bukukan Laba Rp264 miliar di Kuartal I-2024
Astra International (ASII) Bagi Dividen Rp17 Triliun, Ini Jadwalnya
Microsoft Umumkan Investasi Rp27 Triliun di Indonesia