Ada Risiko Inflasi Naik, ADB Ramal Pertumbuhan Ekonomi RI Capai 5%

Normalisasi kegiatan ekonomi turut mendorong pertumbuhan.

Ada Risiko Inflasi Naik, ADB Ramal Pertumbuhan Ekonomi RI Capai 5%
Jalan Tol Jakarta-Cikampek, Bekasi, Jawa Barat, yang dioperasikan PT Jasa Marga (Persero) Tbk. ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Asian Development Bank (ADB) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 akan mencapai 5,0 persen secara tahunan. Ini sama dengan perkiraan pada Desember 2022, tetapi lebih tinggi dari perkiraan September 2022 yang sebesar 4,8 persen pada periode sama.

Dengan begitu, perekonomian 2022 berpeluang untuk tumbuh lebih tinggi dari 2021 yang sebesar 3,69 persen secara tahunan.

“Setelah merosot di kuartal ketiga, perekonomian Indonesia membaik dengan cepat dan menutup 2021 dengan keluaran yang lebih tinggi daripada masa pra-pandemi 2019. Pertumbuhan terjadi di berbagai bidang dan akan menguat pada 2022 seiring normalisasi kegiatan ekonomi,” kata Direktur ADB untuk Indonesia, Jiro Tominaga, dalam keterangan tertulisnya, Rabu (6/4).

Jiro mengatakan peningkatan pertumbuhan tahun ini didorong oleh makin pulihnya permintaan domestik dan normalisasi kegiatan ekonomi. 

Kendati demikian, lembaga ini juga melihat dampak dari perang Rusia-Ukraina masih terbatas terhadap ekonomi Indonesia. Namun, jika terjadi perang berkepanjangan.permintaan global akan kian terbatas dan memangkas pertumbuhan ekspor, juga meningkatkan inflasi.

Asian Development Outlook (ADO) 2022 menyebutkan bahwa pengeluaran konsumen dan kegiatan manufaktur di Indonesia terus tumbuh karena naiknya pendapatan, pekerjaan, dan optimisme. Selain itu, Investasi terbantu oleh naiknya permintaan, perbaikan iklim investasi dan iklim berusaha, serta pemulihan kredit.

Inflasi juga akan meningkat

Inflasi, kata Jiro, yang mencapai rata-rata 1,6 persen tahun lalu, diperkirakan akan naik menjadi 3,6 persen pada 2022. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih cepat dan harga komoditas yang lebih tinggi. “Tetapi masih akan berada dalam rentang target Bank Indonesia,” ujarnya.

Walau meningkat, inflasi pada 2023 diperkirakan akan turun ke 3,0 persen, seiring dengan meredanya kenaikan harga komoditas. Namun, harga yang lebih tinggi untuk ekspor komoditas Indonesia akan mengimbangi turunnya volume ekspor, sehingga menjaga transaksi berjalan tetap imbang dan menghasilkan tambahan pendapatan.

Saran dari ADB

Untuk jangka menengah, ADB dalam laporannya merekomendasikan Indonesia agar memanfaatkan digitalisasi demi meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan, yang akan membantu Indonesia mencapai sasarannya, yaitu meningkatkan PDB per kapita ke taraf negara berpenghasilan tinggi pada 2045.

Dalam hal ini, pelaku usaha akan memerlukan bantuan agar dapat meningkatkan transfer teknologi, mendorong penelitian dan pengembangan untuk inovasi, serta mengakses angkatan kerja yang melek teknologi. Beberapa kebijakan yang penting untuk mendukung hal ini antara lain adalah investasi pemerintah dalam infrastruktur digital, insentif fiskal, dan reformasi regulasi.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Astra International (ASII) Bagi Dividen Rp17 Triliun, Ini Jadwalnya
Mengenal Proses Screening Interview dan Tahapannya
Cara Mengaktifkan eSIM di iPhone dan Cara Menggunakannya
Digempur Sentimen Negatif, Laba Barito Pacific Tergerus 61,9 Persen
Perusahaan AS Akan Bangun PLTN Pertama Indonesia Senilai Rp17 Triliun
SMF Akui Kenaikan BI Rate Belum Berdampak ke Bunga KPR Bersubsidi