Stagflasi Adalah: Pengertian dan Dampaknya Bagi Kinerja Perekonomian

Stagflasi berdampak buruk bagi perekonomian.

Stagflasi Adalah: Pengertian dan Dampaknya Bagi Kinerja Perekonomian
ilustrasi inflasi (unsplash.com/Markus Spiske)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Risiko stagflasi disebut-sebut tengah membayangi perekonomian dunia, termasuk Indonesia. Stagflasi dikhawatirkan akan memberikan dampak negatif bagi perekonomian secara keseluruhan.

Bank Indonesia, misalnya, belum lama ini menyatakan ancaman stagflasi akibat kenaikan harga komoditas dan suku bunga tinggi masih terus mengemuka. Perang antara Rusia dan Ukraina pun ditengarai menjadi salah satu penyebabnya.

Jika kondisi kenaikan harga ini berlarut-larut, berbagai negara akan menaikkan tingkat suku bunganya untuk menjaga arus modal tidak berbalik keluar. Hal itu dapat menyebabkan seretnya penyaluran kredit dan menghambat aktivitas perekonomian di berbagai negara.

Imbasnya, daya beli masyarakat turun dan kian sulit menjangkau harga barang-barang yang melambung. "Sehingga melihat adanya stagflasi. Inflasi tinggi dan respons suku bunga tinggi menekan pertumbuhan. Artinya, stagflasi akan terus mengemuka," kata Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Solikin M Juhro, dalam acara Sarasehan 100 Ekonom, Rabu (7/9).

Dalam laporan Global Economic Prospects June 2022, Bank Dunia turut menyebutkan perekonomian dunia akan melambat tahun ini akibat sejumlah kemelut, mulai dari pandemi COVID-19 sampai krisis geopolitik Eropa Timur. Lembaga ini bahkan mengingatkan akan ancaman stagflasi, kondisi saat inflasi membubung, namun pertumbuhan ekonomi terkoreksi.

Bank Dunia mengatakan invasi Rusia ke Ukraina semakin memperparah dampak ekonomi dari krisis pandemi COVID-19. Akibatnya, perekonomian ditaksir akan memasuki periode pertumbuhan lemah yang berlarut-larut dengan risiko inflasi tinggi.

Pengertian stagflasi

ilustrasi dampak inflasi (unsplash.com/Dulana Kodithuwakku)

Dikutip dari Investopedia, stagflasi ini merujuk kepada kondisi siklus ekonomi yang ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang melambat, namun tingkat pengangguran tinggi, dan inflasi membubung.

Istilah stagflasi ini pertama kali diperkenalkan oleh politisi Inggris Iain Macleod dalam pidatonya di depan House of Commons pada 1965. Kala itu, perekonomian Inggris tengah dalam kondisi tertekan.

Stagflasi ini sebagai dampak gabungan dari ekonomi yang “stagnan” dan “inflasi”.

Istilah stagflasi kembali muncul selama krisis minyak pada era 1970-an. Kala itu, ekonomi Amerika Serikat, misalnya, mengalami resesi atau pertumbuhan ekonomi negatif selama lebih dari setahun. Pada saat sama, kondisi inflasi di sana mencapai dua digit, dan tingkat pengangguran sempat mencapai 9 persen.

Jadi, stagflasi adalah kombinasi dari tiga hal negatif: pertumbuhan ekonomi lebih lambat, pengangguran yang lebih tinggi, dan harga barang yang melonjak.

Dalam logika ekonomi, stagflasi adalah kondisi yang tidak seharusnya terjadi. Harga barang dan jasa mestinya tidak mengalami kenaikan ketika orang memiliki lebih sedikit uang untuk dibelanjakan.

Penyebab stagflasi

ilustrasi dampak inflasi (pexels.com/Guduru Ajay bhargav)

Para ekonom tidak memiliki kesepakatan pasti soal penyebab stagflasi. Namun, ada sejumlah teori yang mungkin bisa menjelaskan faktor pendorong stagflasi. Berikut beberapa teori tersebut, seperti dilansir dari Investopedia.

  • Guncangan harga minyak

Stagflasi bisa disebabkan oleh kenaikan harga minyak yang terjadi secara-tiba yang lantas berdampak terhadap perekonomian. Krisis minyak pada 1970-an pun menjadi buktinya.

Pada Oktober 1973, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengeluarkan embargo terhadap negara-negara Barat.

Hal tersebut menyebabkan harga minyak dunia meningkat secara dramatis, sehingga meningkatkan biaya barang dan berkontribusi pada peningkatan pengangguran.

  • Kebijakan ekonomi buruk

Teori lain menyebutkan stagflasi ini bisa terjadi karena kebijakan ekonomi yang buruk. Regulasi pasar, barang, dan tenaga kerja yang keras dalam lingkungan inflasi disebut-sebut sebagai kemungkinan penyebab stagflasi.

Dikutip dari Kompas Money, stagflasi secara keseluruhan disebabkan oleh kondisi ekonomi yang melemah yang ditunjukkan dengan angka pengangguran yang tinggi atau stagnasi perekonomian. Pada saat bersamaan, terjadi inflasi atau kenaikan harga-harga.

Biasanya, stagflasi terjadi bila pasokan uang di pasar meningkat, sementara, jumlah barang atau suplai terbatas.

Stagflasi adalah sebuah kondisi yang kontradiktif. Sebab, pertumbuhan ekonomi yang melambat serta angka pengangguan tinggi secara teori seharusnya tidak menyebabkan kenaikan harga.

Peningkatan angka pengangguran berdampak pada melemahnya daya beli. Jika pada saat sama terjadi kenaikan harga, maka inflasi akan melaju dalam kondisi yang tidak terkendali. Itu pada gilirannya akan berdampak ke pendapatan konsumen yang menyusut seiring waktu.

Magazine

SEE MORE>
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023

Most Popular

Cara Daftar BRImo Secara Online Tanpa ke Bank, Ini Panduannya
Cara Cek Sertifikat Tanah secara Online, Tak Usah Pergi ke BPN
Jumlah Negara di Dunia Berdasarkan Keanggotaan PBB
Erick Thohir Buka Kemungkinan Bawa Kasus Indofarma ke Jalur Hukum
Daftar Emiten Buyback Saham per Mei 2024, Big Caps!
Pengamat Perkirakan Penerapan Teknologi AI di Apple Menyasar SIRI