Pemulihan Ekonomi, Utang Rumah Tangga AS Melejit US$15,24 Triliun

Gairah konsumsi membuat utang melebihi era sebelum pandemi.

Pemulihan Ekonomi, Utang Rumah Tangga AS Melejit US$15,24 Triliun
Warga memakai payung sambil menyebrangi jalan di New York, Amerika Serikat, Selasa (26/10/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Caitlin Ochs/aww/cfo
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Utang rumah tangga Amerika Serikat (AS) dilaporkan melejit hingga melampaui era sebelum pandemi COVID-19. Kenaikannya terjadi seiring progres pemulihan ekonomi yang mendorong konsumen untuk kembali berbelanja.

Pusat Data Mikroekonomi Federal Reserve Bank of New York mencatat, pada kuartal ketiga tahun ini, total utang rumah tangga AS bertambah US$286 miliar menjadi US$15,24 triliun. Dalam arti lain, utang itu meningkat 1,9 persen dibandingkan kuartal sebelumnya.

Posisi utang sedemikian itu lebih tinggi US$890 miliar dari kuartal ketiga 2020. Bahkan, total saldo utang juga lebih tinggi US$1,1 triliun dari posisi akhir 2019. Secara nominal, ini juga melampaui posisi tertinggi US$12,68 triliun pada 2008.

Lonjakan KPR

Secara mendetail, lonjakan utang dipengaruhi oleh kredit kepemilikan rumah (KPR) yang bertambah US$230 miliar menjadi US$10,67 triliun pada periode sama.

Utang kartu kredit juga meningkat US$17 miliar. Namun, saldonya tetap lebih rendah US$123 miliar dari akhir 2019.

Saldo pinjaman mobil dan pinjaman mahasiswa masing-masing meningkat US$28 miliar dan US$14 miliar. Secara total, jumlah utang non-perumahan bertambah US$61 miliar.

"Kami kembali melihat kartu kredit meningkat pada kuartal ketiga setelah kenaikan yang solid pada kuartal sebelumnya," kata Donghoon Lee, peneliti di Fed New York, seperti dikutip dari keterangan resmi, Kamis (11/11). 

Menurut Donghon, dengan meredanya stimulus pandemi, ada tren masyarakat mulai mengurangi konsumsinya dan membayar utang. Namun, pada saat sama, ketika pembatasan pandemi dilonggarkan dan konsumsi kembali normal, penggunaan saldo kartu kredit kembali ke tren prapandemi meski dari level lebih rendah.

Inflasi meningkat

Sebagaimana dilansir CNN, saat ini trennya adalah warga AS mulai “menghabiskan uangnya”. Para ekonom mengatakan bahwa sekarang daya beli masyarakat memang tinggi.

Pasar tenaga kerja AS sedang mengalami perbaikan. Dengan begitu, dompet para pekerja mulai terisi.

Itu hal baik karena di tengah kenaikan permintaan, ada masalah dari sisi suplai. Rantai pasok barang terganggu akibat meningkatnya biaya pengiriman dan bahan baku.

Imbas kondisi sedemikian, inflasi pun meningkat. Data inflasi terbaru menunjukkan, pada Selasa (9/11), bahwa indeks harga yang diterima produsen naik 0,6 persen pada Oktober, atau 0,86 persen dalam 12 bulan terakhir. Sebagian besar disebabkan harga energi yang tinggi.

Indeks harga yang melacak permintaan antara (intermediate demand), yaitu barang dan jasa yang dijual ke bisnis, untuk barang olahan melonjak 2,1 persen. Selama periode 12 bulan, indeks telah naik 25,4 persen, tertinggi sejak Januari 1975.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Astra International (ASII) Bagi Dividen Rp17 Triliun, Ini Jadwalnya
Microsoft Umumkan Investasi Rp27 Triliun di Indonesia
Laba PTRO Q1-2024 Amblas 94,4% Jadi US$163 Ribu, Ini Penyebabnya
Waspada IHSG Balik Arah ke Zona Merah Pascalibur
Laba Q1-2024 PTBA Menyusut 31,9 Persen Menjadi Rp790,9 Miliar
Laba Q1-2024 Antam Tergerus 85,66 Persen Menjadi Rp238,37 Miliar