Penetrasi Asuransi Jiwa RI Masih Rendah, AAJI: Potensi Besar

Asuransi jiwa RI masih tertinggal ketimbang negara tetangga.

Penetrasi Asuransi Jiwa RI Masih Rendah, AAJI: Potensi Besar
Ketua Bidang Marketing dan Komunikasi AAJI, Wiroyo Karsono, dalam Media Gathering di Bandung, Jawa Barat, Kamis (30/6). Dok/AAJI.
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Asosiasi Industri Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat tingkat penetrasi asuransi jiwa di Indonesia masih rendah, baik dilihat dari indikator rasio aset asuransi maupun penetrasi terhadap produk domestik bruto (PDB). Sektor asuransi jiwa domestik bahkan termasuk dalam kategori tertinggal ketimbang sejumlah negara tetangga.

Mengutip data AAJI, rasio aset asuransi terhadap PDB Indonesia pada 2020 hanya 5,8 persen. Sebagai perbandingan, persentasenya di Filipina mencapai 8,5 persen, Malaysia 20,3 persen, Thailand 23,2 persen, dan Singapura bahkan sekitar 47,5 persen dengan indikator sama.

“Jadi, kalau kita lihat negara lain aset asuransinya bisa sampai hampir 50 persen dari GDP-nya, artinya ada kemungkinan Indonesia bisa sampai sana,” kata Ketua Bidang Marketing dan Komunikasi AAJI, Wiroyo Karsono, dalam Media Gathering di Bandung, Jawa Barat, Kamis (30/6).

Di dalam negeri, aset industri asuransi jiwa dibandingkan industri keuangan lain juga termasuk kecil. Menurut AAJI, aset industri perbankan di Indonesia mencapai 59,5 persen. Akan hal aset pasar modal dengan indikator sama, persentasenya mencapai 45,1 persen.

“Tentunya kalau dilihat kembali potensi yang juga besar adalah dana pensiun,” ujarnya. Sebagai informasi, rasio aset pension fund terhadap PDB mencapai 6,9 persen.

Literasi keuangan

Ilustrasi asuransi jiwa. Shutterstock/Thodonal88

Posisi Industri asuransi jiwa tergolong buncit dari negara lain jika ditengok dari indikator penetrasi terhadap PDB. Menurut data AAJI, pada kurun 2016 sampai 2020, tingkat penetrasi sektor ini bergerak stagnan pada kisaran 1,3 persen.

Sebagai perbandingan, tingkat penetrasi asuransi terhadap PDB di Hong Kong mencapai 19,2 persen. Setelahnya, Taiwan 14,0 persen, Singapura 7,6 persen, Korea Selatan 6,4 persen, Jepang 5,8 persen, Malaysia 4,0 persen, dan Thailand 3,4 persen.

“Salah satu masalahnya adalah terkait literasi dan inklusi. Tingkat literasi keuangan nasional itu overall sekitar 38 persen, dan asuransi masih ketinggalan jauh dibandingkan perbankan baik literasinya maupun inklusinya,” katanya.

AAJI masih optimistis industri asuransi jiwa Indonesia memiliki potensi untuk tumbuh. Menurut Wiroyo, lembaganya senantiasa melakukan sejumlah upaya untuk meningkatkan penetrasi melalui dorongan literasi dan inklusi keuangan.

Saat ditanya soal bagaimana caranya, Wiroyo mengatakan, roadmap industri asuransi jiwa yang belum lama dirilis oleh AAJI diharapkan akan menjadi solusi. 

Budi Tampubolon selaku Ketua Dewan Pengurus AAJI mengatakan lembaganya melihat tantangan yang dihadapi oleh industri ke depan akan kian meningkat dan dinamis. Sebagai contoh, pertumbuhan tertanggung individu yang akan terus ditingkatkan, urgensi dalam meningkatkan penetrasi pasar, hingga kebutuhan untuk berinovasi dalam menghadapi era perkembangan teknologi. 

"Penyusunan roadmap industri asuransi jiwa Indonesia dibutuhkan dalam mendorong perkembangan industri asuransi jiwa," kata Budi melalui keterangan resmi di Jakarta, Rabu (20/4).

Related Topics

Asuransi JiwaAAJI

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Paylater Layaknya Pedang Bermata Dua, Kenali Risiko dan Manfaatnya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan
Bukan Cuma Untuk Umrah, Arab Saudi Targetkan 2,2 Juta Wisatawan RI
BI Optimistis Rupiah Menguat ke Rp15.800 per US$, Ini Faktor-faktornya
Rambah Bisnis Es Krim, TGUK Gandeng Aice Siapkan Investasi Rp700 M