BI Pastikan Likuiditas Aman di Tengah Kenaikan Giro Wajib

BI perkirakan AL/DPK bank akan turun jadi 30%.

BI Pastikan Likuiditas Aman di Tengah Kenaikan Giro Wajib
Ilustrasi Bank Indonesia/ Shutterstock Harismoyo
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta,FORTUNE - Bank Indonesia (BI) memastikan normalisasi kebijakan likuiditas akan tetap memperhatikan kemampuan perbankan dalam penyaluran kredit kepada dunia usaha, serta partisipasinya dalam pembelian Surat Berharga Negara (SBN) untuk pembiayaan APBN. 

Gubernur BI Perry Warjiyo bahkan menyatakan, likuiditas bank masih sangat melimpah meski ada kebijakan kenaikan Giro Wajib Minimum (GWM) secara bertahap.  "Tolong dipahami, kenaikan GWM tidak akan membuat likuditas perbankan itu (semakin ketat), bahkan masih berlebih," kata Perry melalui konfrensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) secara virtual di Jakarta, Rabu (2/2).

BI perkirakan AL/DPK bank akan turun jadi 30%

BI pun mencatat, saat ini rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) perbankan berada pada level 35 persen. Level tersebut dinilai masih sangat mencukupi bagi bank untuk menyalurkan kredit dan pembiayaan. 

Meski demikian, Perry menyadari kenaikan GWM bakal menurunkan AL/DPK. Namun penurunan likuiditas hanya berkisan di 5 persen saja. "Memang benar, itu alat likuid (per DPK) akan turun. Tapi, dari 35 persen ke 30 persen. Alat likuid akhir tahun kita perkirakan menjadi 30 persen," kata Perry. 

Likuiditas masih akan terjaga seperti sebelum pandemi

Meski demikian, Perry menyebut likuiditas perbankan saat ini dan ke depan masih lebih melimpah ketimbang sebelum pandemi. Sebagai indikator, BI pun mencatat AL/DPK saat sebelum pandemi berada pada level 21 persen atau lebih rendah dari posisi saat ini yang berada di level 35 persen. 

"Kita tumbuhkan rasa optimisme bahwa dengan kenaikan GWM ini likuiritas perbankan masih mampu menyalurkan kredit," kata Perry. 

Kita ketahui bersama, tahapan normalisasi likuiditas yang dilakukan BI dengan cara menaikkan GWM Rupiah sebesar 300 bps untuk Bank Umum Konvensional (BUK ). Serta kenaikan 150 bps untuk Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS). 

Adapun normalisasi melalui GWM ini akan dilakukan secara bertahap pada bulan Maret, Juni, dan September 2022. 

Kenaikan GWM dikhawatirkan buat bunga deposito bank kecil meningkat

Menanggapi kebijakan tersebut, bank dengan modal minim diprediksi bakal meningkatkan bunga deposito untuk mempertebal likuiditas miliknya. 

Hal tersebut disampaikan Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja saat menjawab pertanyaan Fortune Indonesia saat paparan kinerja BCA Kamis (28/1) lalu. Menurutnya, likuiditas di pasar uang memang masih sangat melimpah. Namun demikian, bank dengan likuiditas minim akan tetap bersaing memperebutkan dana. 

"Mau tidak mau, bank yang tidak cukup kuat dalam likuiditas harus meningkatkan suku bunga deposito meskipun benchmark BI tetap (menjaga kecukupan likuiditas)," kata Jahja. 

Jahja juga menambahkan, BCA bakal meningkatkan alokasi dana untuk GWM sekitar Rp30 triliun pada tahun ini. Hal tersebut sebagai upaya menjalankan kebijakan kenaikan GWM oleh BI.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Paylater Layaknya Pedang Bermata Dua, Kenali Risiko dan Manfaatnya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan
Bukan Cuma Untuk Umrah, Arab Saudi Targetkan 2,2 Juta Wisatawan RI
BI Optimistis Rupiah Menguat ke Rp15.800 per US$, Ini Faktor-faktornya
Rambah Bisnis Es Krim, TGUK Gandeng Aice Siapkan Investasi Rp700 M