BI Ramal Pertumbuhan Ekonomi Dunia 2022 hanya 3%, Ini Sebabnya

Kredit diprediksi loyo di 2023, bank harus bersiap.

BI Ramal Pertumbuhan Ekonomi Dunia 2022 hanya 3%, Ini Sebabnya
ilustrasi bank dunia (unsplash.com/Christine Roy)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia hanya bertengger di level 3 persen pada akhir 2022. Hal tersebut disebabkan oleh tren kenaikan suku bunga acuan BI dan inflasi yang cukup tinggi diberbagai negara.

"Inflasi yang tinggi dan suku bunga yang hire for longer potensinya adalah dampak kepada pertumbuhan ekonomi (dunia). Kami Bank Indonesia sudah melihat bahwa untuk proyeksi di 2022 ini di angka 3 persen untuk pertumbuhan ekonomi (dunia)," kata Dody dalam acara Bank BTPN Economic Outlook 2023, Senin (5/12).

Dody menambahkan, kondisi naiknya suku bunga dan inflasi diprediksi akan terus berlanjut dan menyebabkan makin merosotnya pertumbuhan ekonomi global di 2023. Tak hanya itu, kondisi tersebut juga dikhawatirkan bakal membuat lemahnya permintaan domestik dan menyebabkan angka ekspor Indonesia semakin menurun. Meski demikian, Bank sentral optimis kondisi tersebut akan berangsur membaik dan kembali normal pada 2024 mendatang.

Kredit diprediksi loyo, bank harus bersiap

Ilustrasi Kredit Shutterstock.com/Wolfilser

Di sisi lain,  Ekonom Senior dan Co-Founder Creco Research Institute Dr. M. Chatib Basri juga menilai, permintaan kredit diprediksi akan semakin melandai di tahun 2023. Hal tersebut terjadi lantaran kenaikan bunga acuan yang berdampak terhadap bunga kredit perbankan. Di sisi lain, menurutnya pengusaha akan lebih wait and see di tahun 2023 mendatang.

“Kredit bank juga akan alami penurunan di 2023, untuk apa pinjem uang kalau yang minta aja juga gak ada,” kata Chatib.

Di sisi lain, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga telah memperpanjang restrukturisasi kredit secara sektoral hingga 2024. Hal ini menurutnya perlu diwaspadai oleh perbankan yang dikhawatirkan bakal meningkatkan potensi kredit macet atau Non Performing Loan (NPL).

Sebelumnya, BI mencatat kredit yang disalurkan oleh perbankan pada Oktober 2022 mencapai Rp6.314,4 triliun, atau tumbuh 11,7 persen secara year on year (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih kuat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 10,8 persen (yoy).

Memanasnya geopolitik diprediksi masih berlanjut di 2023

Ilustrasi Perang Rusia Ukraina. Shutterstock/Viacheslav Lopatin

Pada kesempatan yang sama, Head of Treasury Bank BTPN Wiwig Santoso memaparkan agar investor mewaspadai beberapa hal di tahun depan seperti perubahan geopolitik yang memiliki dampak luas yang salah satunya adalah terhambatnya rantai pasok global. Wiwig menilai, dampak dari perang dagang yang berkembang menjadi decoupled economic system, perubahan regulasi akibat dinamisnya kondisi ekonomi yang begitu cepat saat ini, serta perkembangan situasi politik dalam negeri.

Oleh karena itu, Wiwig mengimbau agar para investor untuk terus mengelola eksposur aset dan liabilities secara terus-menerus dan konservatif serta memperhatikan peluang yang muncul untuk mengoptimalkan aset di tengah kondisi yang dinamis pada saat ini.

“Sedangkan, dari sisi bank sebagai perusahaan, kami berharap guncangan ekonomi pada tahun depan bisa terserap melalui pencadangan yang konservatif. Tentunya tahun depan, kami akan terus bertumbuh dengan lebih hati-hati dan dengan tetap selalu mengutamakan prudency,” tutupnya.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Paylater Layaknya Pedang Bermata Dua, Kenali Risiko dan Manfaatnya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan
BI Optimistis Rupiah Menguat ke Rp15.800 per US$, Ini Faktor-faktornya
Saham Anjlok, Problem Starbucks Tak Hanya Aksi Boikot
Rambah Bisnis Es Krim, TGUK Gandeng Aice Siapkan Investasi Rp700 M