DBS Ungkap Tren Konsumsi RI di tengah Ancaman Resesi

Kelas konsumen menengah bawah lebih giat menabung.

DBS Ungkap Tren Konsumsi RI di tengah Ancaman Resesi
Pengunjung di pusat perbelanjaan, Denpasar, Bali, Selasa (10/8/2021). ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Tahun 2023 diprediksi masih akan menghadapi tantangan resesi ekonomi. Tentunya hal ini akan memengaruhi potensi ekonomi dan konsumsi masyarakat Indonesia.  

Hal tersebut tertuang dalam laporan riset DBS Group Research bertajuk ‘Indonesia Consumption Basket’. Riset ini melibatkan lebih dari 700 responden Indonesia dari berbagai kelas pemasukan pada November 2022. 

"Berdasarkan atas hasil survei, sebagian besar masyarakat memandang pandemi hampir sepenuhnya berlalu dan inflasi menjadi tantangan selanjutnya dengan 98 persen responden yang merasakan tren kenaikan harga," tulis laporan tersebut yang dikutip di Jakarta, Jumat (23/12). 

Sementara itu, 55 persen masyarakat memandang inflasi tersebut disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan konflik geopolitik Ukraina dan Rusia. 

Sementara itu, masyarakat mengemukakan beberapa alasan lain yang menyebabkan inflasi, yakni disrupsi rantai pasokan akibat Covid-19 dengan 19 persen responden dan kenaikan suku bunga The Fed sebesad 16 persen responden.

 

Konsumsi BBM dan bahan makanan meningkat

Mobil mengisi BBM non-subsidi di SPBU. (dok. Pertamina)

DBS Group Research juga menemukan bahwa 54 persen responden merasa pengeluaran mereka melebihi statistik inflasi Indonesia, meningkat di atas 10 persem lebih. 

Konsumen memilih BBM dan bahan makanan sebagai dua hal dengan peningkatan paling signifikan terutama karena perannya sebagai kebutuhan sehari-hari. 

Di sisi lain, konsumen juga memperkirakan kenaikan tingkat inflasi akan terjadi dalam kurun waktu yang lebih panjang. Dengan persentase yang tinggi, yakni 89 persen responden melihat tren ini akan berlangsung selama enam bulan ke depan dan lebih jauh. 

"Ini berarti konsumen mengantisipasi situasi inflasi yang tinggi akan bertahan hingga paruh pertama 2023 atau bahkan hingga tahun 2024," tulis survei tersebut.

Kelas menengah akan mengubah pola pengeluaran

ilustrasi model B2C (unsplash.com/Tim Mossholder)

DBS juga menilai kelas menengah akan mengubah pola pengeluaran lebih cepat dibanding kelas menengah dan kelas menengah ke atas. Sebab, 71 persen responden dari kelas menengah ke bawah berencana untuk menyesuaikan pengeluaran jika inflasi dan harga barang-barang tetap tinggi selama tiga hingga enam bulan ke depan. 

Hal itu cukup berbeda dari 40 persen responden kelas menengah dan kelas menengah ke atas memilih untuk tidak langsung mengubah pola konsumsinya di tengah inflasi. 

Sedangkan untuk kelas menengah ke atas, 56 persen responden akan menyesuaikan gaya hidupnya dalam kurun waktu tiga sampai enam bulan ke depan sedangkan 7 persen responden tidak akan mengubah pola konsumsinya sama sekali. 

Kelas konsumen menengah bawah lebih giat menabung

ilustrasi menabung (pexels.com/Joslyn Pickens)

Selain itu, konsumen kelas menengah ke bawah akan mengambil sikap defensif untuk menghadapi dampak inflasi dan kenaikan harga 

“Menabung lebih banyak, dan mengeluarkan uang lebih sedikit menjadi langkah yang diambil untuk menghadapi situasi," tulis laporan tersebut. 

Hal ini disertai dengan pilihan mencari alternatif barang yang lebih murah atau meningkatkan pendapatan. Setengah dari responden akan mengambil langkah save more, spend less tersebut, sedangkan sisanya terpecah menjadi penggunaan barang yang lebih murah 19 persen, investasi untuk hasil yang lebih tinggi 20 persen, serta pencarian pendapatan yang lebih besar dan pemasukan tambahan 10 persen.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Paylater Layaknya Pedang Bermata Dua, Kenali Risiko dan Manfaatnya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan
Bukan Cuma Untuk Umrah, Arab Saudi Targetkan 2,2 Juta Wisatawan RI
BI Optimistis Rupiah Menguat ke Rp15.800 per US$, Ini Faktor-faktornya
Rambah Bisnis Es Krim, TGUK Gandeng Aice Siapkan Investasi Rp700 M