Kebocoran Data jadi Fokus Industri saat Menjamurnya Digital Banking

Konsumen bisa jadi sumber utama kebocoran data.

Kebocoran Data jadi Fokus Industri saat Menjamurnya Digital Banking
Ilustrasi kebijakan perlindungan privasi data. Shutterstock/Rawpixel.com
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Di tengah menjamurnya transaksi keuangan digital, isu keamanan data pribadi masih menjadi kekhawatiran di industri. 

Sekjen Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) Anika Faisal bahkan meyampaikan, menjaga data pribadi sama halnya dengan proses belajar mengajar yang memiliki dua sisi yang sangat terikat. 

"Dengan demikian, keamanan data ini harus disadari oleh pelaku industri maupun konsumen dari industri keuangan," kata Anika saat ditemui di Perbanas Institute Jakarta, Jumat (9/9). 

Dalam arti lain, konsumen juga harus meningkatkan literasi keuangan agar tidak terjebak pada tindak kejahatan di industri keuangan. 

71 persen masyarakat Indonesia pilih bertransaksi secara digital

ShutterStock/Chan2545

Berdasarkan temuan Entrust dalam laporan The Great Payments Disruption yang dirilis pada tahun 2022, sebanyak 75 persen nasabah bank di Indonesia mempertimbangkan untuk melakukan aktivitas perbankan tanpa harus pergi ke kantor cabang (branchless). 

Dari angka tersebut, 71 persen dalamnya di memilih bertransaksi secara digital melalui aplikasi perbankan di ponsel atau tablet untuk menunjang aktivitas perbankannya. 

Wakil Rektor Bidang Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi Perbanas Institute, Harya Damar Widiputra menyampaikan, saat ini perbankan sedang bertransformasi menjadi digital mengikuti keinginan nasabah. 

"Bangunan fisik banknya itu akan ditingglkan tapi layanan perbankannya itu tidak akan pernah hilang selama dunia ini masih ada, ya itu akan dibutuhkan," kata Harya. 

Konsumen bisa menjadi sumber kebocoran data

ilustrasi database (unsplash.com/Caspar Camille Rubin)

Harya juga menyampaikan, konsumen bisa menjadi sumber kebocoran data pribadi. Hal tersebut akibat kurangnya literasi keuangan. 

Sebab menurutnya, teknologi keamanan data di Indonesia sudah mumpuni dan lengkap. Di sisi regulasi juga telah distandarisasi sedemikian rupa untuk melindungi keamanan data konsumen. 

"Jadi selalu ada entah kebocoran dari orang dalam, jadi weakest pointnya selalu ada di manusia, termasuk nasabah. Misalnya seperti memberi tahu password akunnya tanpa sadar. Kebanyakan dari kita kan pasti punya akun bank lebih dari satu, tapi pin atau passwordnya sama semua itu, maka kalau bocor satu ya bisa bocor semua," ucap Harya. 

Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai transaksi digital banking meningkat 27,82 persen (yoy) menjadi Rp4.359,7 triliun sejalan dengan normalisasi mobilitas masyarakat.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Paylater Layaknya Pedang Bermata Dua, Kenali Risiko dan Manfaatnya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan
Bukan Cuma Untuk Umrah, Arab Saudi Targetkan 2,2 Juta Wisatawan RI
BI Optimistis Rupiah Menguat ke Rp15.800 per US$, Ini Faktor-faktornya
Rambah Bisnis Es Krim, TGUK Gandeng Aice Siapkan Investasi Rp700 M