Kenali dan Antisipasi Risiko Penghambat Persiapan Dana Pendidikan Anak

Risiko perencanaan hingga inflasi bisa jadi penghambat.

Kenali dan Antisipasi Risiko Penghambat Persiapan Dana Pendidikan Anak
Ilustrasi pengasuhan anak atau parenting. Shutterstock/fizkes
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Dana pendidikan tergolong hal terpenting orang tua perlu siapkan untuk anaknya. Apalagi di tengah biaya pendidikan yang terus meningkat. Pendidikan anak bukan hanya urusan memilih institusi pendidikan yang sesuai dengan karakter anak, namun perlu diimbangi dengan kemampuan finansial agar tidak mengganggu aspek finansial lainnya. Termasuk di antaranya memperhitungkan faktor risiko yang bisa menghambat persiapan dana pendidikan anak. 

Menyambut tahun ajaran baru yang akan dimulai pada Juli mendatang, PT Asuransi Jiwa Astra (Astra Life) mengajak masyarakat untuk mengenali sejumlah risiko yang bisa menghambat persiapan dana pendidikan anak. 

Windy Riswantyo, VP & Head of Marketing & Branding and Digital Channel Astra Life, mengatakan dana pendidikan bisa mencakup persiapan jangka pendek yang dianggarkan setiap tahun ajaran baru, maupun persiapan jangka panjang—seperti untuk masuk perguruan tinggi. 

"Keduanya memiliki risiko yang perlu untuk diantisipasi dengan baik agar tidak mengganggu kestabilan finansial dan berdampak pada persiapan dana pendidikan anak," katanya melalui keterangan resmi yang dikutip di Jakarta, Selasa (21/6). 

Berikut ini adalah beberapa risiko yang kerap kali menjadi hambatan dalam menyiapkan dana pendidikan anak secara optimal:

Risiko perencanaan pendidikan yang kurang matang

Saat memutuskan untuk menikah dan memiliki anak, dana pendidikan anak adalah hal yang penting untuk diperhitungkan dan disepakati bersama pasangan. Penghitungan ini meliputi besaran biaya pendidikan anak mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi yang nantinya akan dialokasikan secara rutin. 

Pastikan perencanaan alokasi biaya sudah dipertimbangkan, termasuk memilih sekolah mana yang tepat. Tidak ada salahnya mencari tahu lebih awal besaran biaya iuran sekolah, biaya kursus, bahkan biaya membeli keperluan sekolah. 

Selain itu, perlu diantisipasi juga biaya pendidikan yang disesuaikan dengan jenjang pendidikan, karena semakin tinggi tingkat pendidikannya, maka biaya yang dipersiapkan semakin besar juga. 

Tidak kalah penting, alokasi biaya pendidikan anak juga perlu dibuat ke dalam pos tabungan yang terpisah dengan pos tabungan lainnya agar bisa digunakan secara tepat sesuai perencanaan. 

Risiko inflasi biaya pendidikan anak

Selain perencanaan keuangan dengan alokasi dana pendidikan secara rutin, faktor lainnya yang harus diperhitungkan adalah besaran inflasi kebutuhan pendidikan. 

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021, rata-rata inflasi biaya pendidikan di tingkat sekolah dasar hingga menengah atas adalah 10 hingga 15 persen per tahun dan di tingkat perguruan tinggi sebesar 30 hingga 45 persen per tahun. 

Agar tidak semakin terpaut jauh dengan besarnya nilai inflasi, dana tabungan pendidikan anak bisa dialokasikan ke dalam berbagai instrumen investasi untuk mendapatkan manfaat bunga, mulai dari deposito, emas, hingga reksadana. 

Perlu diingat bahwa pendidikan anak adalah kebutuhan utama yang perlu untuk dipenuhi. Oleh karena itu, sebisa mungkin hindari mengalokasikan dana pendidikan pada instrumen investasi dengan risiko yang tinggi agar dana pendidikan tetap aman. 

Risiko penanggung dana pendidikan anak

Faktor lainnya yang perlu diperhatikan adalah risiko penanggung biaya pendidikan anak yang umumnya adalah orang tua. Tidak dapat dipungkiri bahwa orang tua juga memiliki peran besar sebagai pencari nafkah keluarga, termasuk untuk pemenuhan kebutuhan biaya pendidikan anak. 

Jika penanggung dana pendidikan anak mengalami hambatan dalam mencari nafkah misalnya karena sakit, catat tetap atau tutup usia, maka besar kemungkinan pendidikan anak juga ikut terhambat. 

Oleh karena itu, penting untuk memitigasi risiko yang bisa terjadi kapan saja agar anak tetap bisa melanjutkan pendidikannya. Mitigasi risiko ini bisa dilakukan melalui proteksi diri dan keluarga yang didapatkan dari produk asuransi jiwa, seperti Flexi Life, yang memberi perlindungan terhadap risiko tutup usia. 

Asuransi jiwa seperti disebut di atas akan memungkinkan ahli waris menerima sejumlah uang yang disebut uang pertanggungan bila tertanggung atau nasabah meninggal. 

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Mengenal Proses Screening Interview dan Tahapannya
Cara Mengaktifkan eSIM di iPhone dan Cara Menggunakannya
Perusahaan AS Akan Bangun PLTN Pertama Indonesia Senilai Rp17 Triliun
SMF Akui Kenaikan BI Rate Belum Berdampak ke Bunga KPR Bersubsidi
Digempur Sentimen Negatif, Laba Barito Pacific Tergerus 61,9 Persen
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan