Jakarta, FORTUNE - Fungsi intermediasi perbankan masih berjalan cukup kuat dengan penyaluran kredit yang tumbuh 11 persen secara year on year (yoy).
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menyatakan, penyaluran kredit utamanya ditopang oleh kredit modal kerja yang tumbuh sebesar 12,26 persen (yoy).
"Adapun, secara month to month (mtm) nominal kredit perbankan naik sebesar Rp95,45 triliun menjadi Rp6.274,9 triliun," kata Dian melalui keterangan resmi yang dikutip di Jakarta, Jumat (4/11).
DPK tumbuh melambat jadi 6,77%
Di tengah derasnya aliran kredit, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) nampaknya sedikit melambat. OJK mencatat pertumbuhan DPK bank pada September 2022 mencapai 6,77 persen (yoy) menjadi Rp7.647 triliun.
"Laju pertumbuhan melambat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 7,77 persen yoy, yang utamanya didorong perlambatan deposito," kata Dian.
Meski demikian, OJK menilai likuiditas industri perbankan pada September 2022 dalam level yang memadai dengan rasio-rasio likuditas yang terjaga.
Rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit dan Alat Likuid/DPK masing-masing sebesar 121,62 persen dan 27,35 persen. Kondisi tersebut jauh di atas ambang batas ketentuan masing-masing sebesar 50 persen dan 10 persen.
Risiko kredit juga melanjutkan penurunan dengan rasio NPL net perbankan sebesar 0,77 persen dengan NPL gross sebesar 2,78 persen.
Restrukturisasi kredit mulai melambat
Di sisi lain, kredit restrukturisasi Covid-19 kembali mencatatkan penurunan sebesar Rp23,81 triliun menjadi Rp519,64 triliun.
Jumlah nasabah penerima keringanan tersebut juga menurun menjadi 2,63 juta nasabah di September 2022, dari Agustus 2022 yang mencapai 2,75 juta nasabah.
Dengan demikian, Capital Adequacy Ratio (CAR) industri Perbankan pada September 2022 tercatat meningkat menjadi 25,12 persen dari posisi Agustus 2022 yang sebesar 25,07 persen.