Laba UOB Group Tumbuh 37% di Kuartal-III 2021

Pendapatan bunga bersih naik 4%.

Laba UOB Group Tumbuh 37% di Kuartal-III 2021
Ilustrasi UOB/ askarim Shutterstock
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - UOB Group berhasil mencatatkan laba bersih senilai S$3,06 miliar pada kuartal-III 2021. Raihan tersebut  tumbuh 37 persen secara year on year (yoy). 

Wee Ee Cheong, Deputy Chairman and Chief Executive Officer, UOB menjelaskan, laba bersih didukung oleh kenaikan pendapatan di tengah membaiknya sentimen bisnis dan cadangan kerugian penurunan nilai kredit. 

"Di tengah ketidakpastian jangka pendek ini, pembukaan kembali sejumlah negara secara bertahap menjadi pertanda baik bagi arus bisnis," kata Wee Ee Cheong melalui keterangan resminya di Jakarta, Selasa (9/11).

Pendapatan bunga bersih naik 4%

Dirinya menyampaikan, pendapatan bunga bersih bersih miliknya meningkat 4 persen dari tahun lalu menjadi S$4,71 miliar atau setara Rp49,83 triliun. Hal tersebut didorong oleh pertumbuhan pinjaman yang sehat sebesar 9 persen dan margin bunga bersih yang secara umum tetap stabil. 

Sementara itu, pendapatan biaya dan komisi bersih naik 24 persen ke level tertinggi baru yakni S$1,82 miliar. Sedangkan biaya manajemen kekayaan meningkat 22 persen dan mencetak rekor sebesar S$639 juta berkat kembalinya kepercayaan investor. 

"Biaya terkait pinjaman juga mencapai rekor tertinggi sebesar S$528 juta, tumbuh sebesar 33 persen YoY didorong pertumbuhan perdagangan dan investasi," katanya. 

Dalam biaya pengelolaan dana dan kartu kredit juga lebih tinggi karena pasar ekuitas dan belanja nasabah sudah pulih sejak tahun lalu. Untuk pendapatan treasury terkait nasabah tumbuh 8 persen, sementara pendapatan non-bunga lainnya turun 12 persen menjadi S$822 juta karena pendapatan perdagangan non-nasabah yang lebih rendah. 

NPL UOB Group 1,5%

Kualitas aset tetap kuat dengan Rasio kredit macet (NPL) stabil di level 1,5 persen. Total biaya kredit tetap berada dalam posisi 20 bps. Cakupan cadangan kerugian penurunan nilai kredit / aset keuangan tetap kuat dengan cakupan aset bermasalah (NPA) sebesar 106 persen atau 265 persen setelah memperhitungkan agunan. 

Cadangan kerugian penurunan nilai kredit / aset keuangan umum, termasuk cadangan penyisihan kerugian peraturan (RLAR), secara hati-hati dipertahankan pada 1,0 persen dari pinjaman berkinerja, memungkinkan UOB untuk mengatasi berbagai hasil ekonomi makro. 

Sedangkan untuk total biaya operasional meningkat 3 persen menjadi S$3,22 miliar. Biaya staf tumbuh seiring dengan pendapatan, diimbangi biaya diskresioner yang lebih rendah. Rasio biaya terhadap pendapatan meningkat dari 45,3 persen menjadi 43,8 persen. 

Total cadangan kerugian penurunan nilai kredit atau aset keuanganpun turun 53 persen dari tahun lalu menjadi S$546 juta. Dengan stabilnya prospek kredit dan penyisihan pre-emptive dari tahun lalu tetap memadai. Total biaya kredit untuk pinjaman turun dari 57 basis poin menjadi 23 basis poin. 

Posisi diklaim likuiditas terjaga

Posisi likuiditas dan pendanaan UOB Group diklaim tetap kuat dengan rata-rata rasio cakupan likuiditas semua mata uang (LCR) kuartal ini sebesar 138 persen. Sedangkan untuk rasio pendanaan stabil bersih (NSFR) sebesar 125 persen, jauh di atas persyaratan peraturan minimum. 

Rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) tetap sehat di posisi 85,1 persen. Sementara rasio CET1 turun menjadi 13,5 persen sebagian besar karena pertumbuhan aset yang kuat dan dividen interim untuk tahun 2021, UOB Group tetap dalam posisi yang baik untuk terus mendukung nasabah.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Mengenal Proses Screening Interview dan Tahapannya
Cara Mengaktifkan eSIM di iPhone dan Cara Menggunakannya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
Perusahaan AS Akan Bangun PLTN Pertama Indonesia Senilai Rp17 Triliun
SMF Akui Kenaikan BI Rate Belum Berdampak ke Bunga KPR Bersubsidi
Digempur Sentimen Negatif, Laba Barito Pacific Tergerus 61,9 Persen