Marak Bank Digital, Proses Verifikasi Jadi Kunci

Sertifikat elektronik jadi opsi verifikasi data yang cepat.

Marak Bank Digital, Proses Verifikasi Jadi Kunci
Ilustrasi kebijakan perlindungan privasi data. Shutterstock/Rawpixel.com
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Risiko keamanan data masih menjadi kekhawatiran masyarakat di tengah maraknya pemain baru industri bank digital. Risiko kejahatan seperti identity fraud seakan mengintai masyarakat dalam verifikasi data untuk pendaftaran akun di bank digital. 

Berdasarkan survei FICO mengenai "Consumer Survey Indonesia: Why do financial institutions need to check your identity? 2021", sekitar 71 persen masyarakat Indonesia menyadari verifikasi identitas perlu dilakukan untuk melindungi data mereka. 

Namun demikian, berbagai survey nasabah di Eropa dan AS juga menunjukkan bahwa proses verifikasi yang terlalu lama akan membuat calon nasabah meninggalkan proses. 

Untuk itu, proses verifikasi nasabah menjadi sangat krusial untuk dijadikan daya tarik dan faktor pertumbuhan bisnis. Terlebih pada bank digital yang semua proses dapat dilakukan tanpa tatap muka dan dukungan kantor cabang. 

"Dengan adanya inovasi teknologi, keamanan dan user experience yang seamless dapat berjalan beriringan sehingga mendorong hadirnya digital trust, atau kepercayaan pengguna dan meningkatkan penggunaan platform digital," kata Co-Founder dan CEO VIDA Sati Rasuanto melalui keterangan resmi di Jakarta, Kamis (30/6). 

Pentingnya kecepatan proses verifikasi bank digital

Survei yang dilakukan Signicat dengan tema "The Battle to Onboard 2020: The impact of COVID-19 and Beyond" juga menggambarkan pentingnya proses cepat verifikasi data. 

Sebagai contoh dari survei tersebut, sebanyak 24 persen konsumen Gen Z di Eropa meninggalkan proses onboarding atauu verifikasi bank digital karena durasi yang terlalu lama. 

Sedangkan lebih dari 20 persen nasabah di Amerika Serikat menyatakan proses tunggu verifikasi identitas menjadi penyebab  batalnya pengajuan nasabah di aplikasi perbankan. 

Oleh karena itu, VIDA hadirkan layanan identitas digital berbasis sertifikat elektronik yang ditujukan untuk melindungi identitas digital pengguna dan mengembangkan bisnis para mitra secara cepat dan efisien. 

VIDA sendiri saat ini telah memiliki fitur verifikasi identitas, tanda tangan elektronik tersertifikasi, hingga layanan otentikasi lainnya. 

"Dengan sertifikat elektronik, VIDA mendorong hadirnya layanan verifikasi identitas yang tak hanya aman, namun juga mudah digunakan, dengan proses yang efisien sehingga dapat mendorong tumbuhnya bisnis," kata Sati. 

Sertifitkat elektronik jadi opsi verifikasi data yang cepat

Kesadaraan industri jasa keuangan terhadap pentingnya pelindungan data sudah mulai terlihat dengan mulai banyaknya pemain industri yang mengimplementasikan infrastruktur keamanan yang lebih canggih. 

Sati menambahkan, sebagai teknologi antisipatif, implementasi sertifikat elektronik diharapkan dapat terus mendorong kepercayaan pengguna sekaligus pertumbuhan ekonomi digital. 

Hal ini menurutnya penting mengingat tingginya transaksi digital banking selama pandemi. Data rekapitulasi Bank Indonesia (BI) menunjukkan transaksi perbankan digital masyarakat Indonesia mencapai Rp39.841 triliun pada 2021 atau naik 45,46 persen dibanding 2020. 

“Dengan transaksi bank digital yang meningkat, kami harap pelindungan data nasabah terutama dalam proses verifikasi akan terus menjadi perhatian utama bagi industri jasa keuangan agar pertumbuhan bank digital dapat terus berlanjut. ” tutup Sati.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Paylater Layaknya Pedang Bermata Dua, Kenali Risiko dan Manfaatnya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan
BI Optimistis Rupiah Menguat ke Rp15.800 per US$, Ini Faktor-faktornya
Saham Anjlok, Problem Starbucks Tak Hanya Aksi Boikot
Rambah Bisnis Es Krim, TGUK Gandeng Aice Siapkan Investasi Rp700 M