Utang Luar Negeri RI Makin Turun jadi Rp6.092 triliun, Ini Analisa BI

Turun 12,3%, utang Pemerintah dalam tren penurunan.

Utang Luar Negeri RI Makin Turun jadi Rp6.092 triliun, Ini Analisa BI
Ilustrasi Utang/William Poter
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Bank Indonesia (BI) mencatat Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Oktober 2022 kembali menurun menjadi US$390,2 miliar atau sekitar Rp6.092 triliun. Nilai tersebut turun dibandingkan dengan posisi ULN pada September 2022 sebesar US$395,2 miliar sekitar Rp6.170 triliun.

Departemen Komunikasi Direktur Eksekutif BI Erwin Haryono menjelaskan, perkembangan tersebut disebabkan oleh penurunan ULN sektor publik (Pemerintah dan Bank Sentral) maupun sektor swasta.

“Secara tahunan, posisi ULN Oktober 2022 mengalami kontraksi sebesar 7,6 persen (yoy), lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi pada bulan sebelumnya yang sebesar 6,8 persen (yoy),” kata Erwin melalui keterangan resmi di Jakarta, Kamis (15/12).


 

Turun 12,3%, utang Pemerintah dalam tren penurunan

Presiden Jokowi dalam acara CEO Forum, di Istana Negara, Jumat (2/12). (dok. Setpres)

Utang luar negeri (ULN) Pemerintah pada Oktober 2022 masih melanjutkan tren penurunan. Erwin menyebut, sejak bulan Maret 2022, posisi dan pertumbuhan ULN Pemerintah konsisten mengalami penurunan.

Tercatat, posisi ULN Pemerintah pada Oktober 2022 sebesar US$179,7 miliar atau lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar US$182,3 miliar. Secara tahunan, ULN Pemerintah mengalami kontraksi sebesar 12,3 persen (yoy), lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi  pada bulan sebelumnya yang sebesar 11,3 persen (yoy).

“Penurunan ULN Pemerintah disebabkan oleh pergeseran penempatan dana investor nonresiden pada Surat Berharga Negara (SBN) domestik seiring dengan ketidakpastian di pasar keuangan global yang tinggi,” kata Erwin.

Selain itu, posisi pinjaman juga menurun seiring dengan pelunasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan penarikan pinjaman untuk mendukung pembiayaan program dan proyek prioritas. Penarikan ULN pada Oktober 2022 tetap diarahkan pada pembiayaan sektor produktif dan diupayakan terus mendorong akselerasi program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

ULN sektor swasta turun 3%

ilustrasi pekerja BUMS (unsplash.com/Mimi Thian)

Sementara itu, untuk utang luar negeri (ULN) swasta juga melanjutkan tren penurunan. Posisi ULN swasta pada Oktober 2022 sebesar US$202,2 miliar, menurun dibandingkan dengan posisi bulan sebelumnya sebesar US$204,7 miliar. Dengan demikian, secara tahunan, ULN swasta mengalami kontraksi sebesar 3,0 persen (yoy), lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi pada bulan sebelumnya sebesar 2,2 persen (yoy).

Erwin menjelaskan, perkembangan tersebut disebabkan oleh pembayaran neto pinjaman dan surat utang sehingga ULN lembaga keuangan (financial corporations) dan perusahaan bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporations) masing-masing mengalami kontraksi sebesar 3,5 persen (yoy) dan 2,9 perse (yoy).

Berdasarkan sektornya, ULN swasta terbesar bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi; sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas, dan udara dingin; sektor pertambangan dan penggalian; serta sektor industri pengolahan dengan pangsa mencapai 78 persen dari total ULN swasta. ULN swasta juga tetap didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 75,2 persen terhadap total ULN swasta.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Mengenal Proses Screening Interview dan Tahapannya
Cara Mengaktifkan eSIM di iPhone dan Cara Menggunakannya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
Perusahaan AS Akan Bangun PLTN Pertama Indonesia Senilai Rp17 Triliun
SMF Akui Kenaikan BI Rate Belum Berdampak ke Bunga KPR Bersubsidi
Digempur Sentimen Negatif, Laba Barito Pacific Tergerus 61,9 Persen