Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Ilustrasi uang rupiah (pexels.com/Polina Tankilevitch)
Ilustrasi uang rupiah (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Intinya sih...

  • Uang beredar di Indonesia mencapai Rp9.657,1 triliun, naik 7,6% secara tahunan.

  • Pertumbuhan uang beredar dipengaruhi oleh peningkatan M1 sebesar 10,5% dan M2 sebesar 5,6% YoY.

  • Aktiva luar negeri bersih tumbuh 10,7%, penyaluran kredit tumbuh 7,0%, dan tagihan bersih kepada pemerintah pusat tumbuh 5,0%.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE - Bank Indonesia melaporkan peredaran uang di tanah air terus meningkat. Hingga Agustus 2025, jumlah uang beredar mencapai Rp9.657,1 triliun, naik 7,6 persen secara tahunan (year on year/YoY). Laju pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada Juli yang sebesar 6,6 persen.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso mengungkapkan pertumbuhan tersebut terutama ditopang oleh peningkatan uang beredar sempit (M1) sebesar 10,5 persen serta uang beredar luas (M2) yang tumbuh 5,6 persen secara tahunan.

"Perkembangan uang beredar dipengaruhi oleh aktiva luar negeri bersih, penyaluran kredit, dan tagihan bersih kepada pemerintah pusat," ujar Ramdan melalui keterangan tertulis, Kamis (24/9)

Ia menjabarkan, aktiva luar negeri bersih pada Agustus 2025 tumbuh sebesar 10,7 persen (YoY) menjadi Rp2.024,9 triliun, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 7,3 persen (YoY).

Penyaluran kredit pada Agustus 2025 tercatat Rp7.966 triliun, tumbuh 7,0 persen secara tahunan. Kemudian taguhan bersih system moneter kepada pemerintah pusat tumbuh 5,0 persen, setelah pada Juli 2025 terkontraksi sebesar 6,2 persen secara tahunan.

Di sisi lain, uang primer (M0) adjusted juga mencatatkan pertumbuhan positif 7,3 persen (YoY) menjadi Rp1.961,3 triliun. Angka ini sedikit meningkat dibandingkan pertumbuhan bulan Juli yang sebesar 7,0 persen.

Ramdan mengatakan perkembangan uang primer ini dipengaruhi oleh pertumbuhan uang kartal yang diedarkan sebesar 12,1 persen (YoY) dan giro bank umum di BI adjusted sebesar 8,7 persen.

Meski demikian, beberapa komponen lain justru mengalami kontraksi cukup dalam. Giro sektor swasta di BI tercatat turun 32,4 persen (YoY), sementara surat berharga yang diterbitkan BI dan dimiliki swasta anjlok 66,2 persen (YoY).

Editorial Team