Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Bank Indonesia Diprediksi Pangkas BI Rate Lagi, Jadi 5,00 Persen

Ilustrasi suku bunga (freepik.com)
Ilustrasi suku bunga (freepik.com)
Intinya sih...
  • Bank Indonesia diproyeksikan akan memangkas BI Rate pada RDG Agustus 2025.
  • Proyeksi pemangkasan suku bunga tersebut didasarkan pada sejumlah faktor.
  • Pemangkasan suku bunga dinilai dapat membantu menurunkan suku bunga pinjaman tanpa mengorbankan stabilitas.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE - Bank Indonesia (BI) diproyeksikan akan kembali memangkas suku bunga acuannya (BI Rate) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,00 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Agustus 2025.

Proyeksi ini disampaikan oleh Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, yang menilai ruang pelonggaran kebijakan moneter masih terbuka lebar di tengah kondisi ekonomi domestik yang stabil.

Langkah ini, jika terealisasi, akan melanjutkan tren pelonggaran moneter yang telah berjalan. Sebelumnya, pada RDG 15-16 Juli 2025, BI telah menurunkan BI Rate sebesar 25 bps ke level 5,25 persen. Dengan demikian, BI telah memangkas suku bunga acuannya sebanyak tiga kali sepanjang 2025.

Menurut Josua, proyeksi penurunan suku bunga ini didasarkan pada sejumlah faktor fundamental, mulai dari inflasi yang terkendali, stabilitas nilai tukar rupiah, hingga kondisi pasar uang yang kondusif.

Headline dan core inflation berada di kisaran bawah target BI 2-4 persen dan proyeksi hingga akhir 2025 tetap terkendali. Pada level itu, bahkan setelah pemangkasan 25 bps real policy rate ex-ante masih positif di kisaran 2,5-3 persen, sehingga stance BI tetap longgar secara terukur,” ujar Josua saat dihubungi Fortune Indonesia pada Selasa (19/8).

Dari sisi stabilitas eksternal, kinerja rupiah juga menjadi penopang utama. Josua mencermati, pasca-pemangkasan suku bunga pada Juli lalu, rupiah terus menunjukkan kinerja positif. Hingga 19 Agustus, rupiah tercatat telah menguat 1,3 persen secara month-to-date (MtD) dibandingkan dengan dolar AS, bahkan menjadi salah satu yang terkuat di Asia.

Kondisi ini didukung oleh imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun yang telah turun sekitar 15 bps (mtd) ke kisaran 6,4-6,5 persen.

“Cadangan devisa tetap manageable dan defisit transaksi berjalan terkendali, sehingga pelonggaran tidak memicu volatilitas valuta asing (FX),” katanya.

Dengan demikian, pemangkasan 25 bps dinilai dapat membantu menurunkan suku bunga pinjaman tanpa mengorbankan stabilitas. Langkah ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan kredit perbankan dan memberikan stimulus lebih lanjut bagi sektor riil.

Share
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us