BNI Siapkan Jurus Menjaga Kinerja Di Tengah Tekanan Rupiah

Intinya sih...
BNI memantau perkembangan tekanan rupiah sambil meningkatkan kehati-hatian dalam penyaluran kredit valas.
Likuiditas BNI dalam mata uang dolar AS masih memadai, dengan rasio LCR dan NSFR masing-masing sebesar 151,72% dan 135,13%.
BNI menjaga kecukupan likuiditas di atas rasio yang ditetapkan oleh regulator serta memiliki posisi alat likuid dalam bentuk dolar AS yang mencukupi.
Jakarta, FORTUNE - Nilai tukar rupiah mengalami tekanan signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI menyiapkan sejumlah jurus menghadapi pelemahan tersebut.
Pada akhir penutupan perdagangan Rabu (9/4), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate Bank Indonesia (JISDOR BI) menunjukkan pelemahan harian rupiah sebesar 0,55 persen ke level Rp 16.943 per dolar AS. Jika dibandingkan sebelum lebaran yakni 27 Maret 2025, rupiah telah terdepresiasi sebesar 2,27 persen.
Pelemahan rupiah ini berpotensi memberikan tekanan tambahan bagi sektor perbankan di Indonesia, terutama melalui peningkatan biaya dana valuta asing (valas) dan potensi naiknya risiko kredit pada debitur dengan eksposur mata uang asing. Ujungnya dapat memengaruhi stabilitas kinerja keuangan perbankan secara keseluruhan.
Terkait kondisi rupiah saat ini, BNI mengaku masih memantau perkembangan dinamika tersebut sambil meningkatkan kehati-hatian dalam penyaluran kredit berdenominasi valas. Adapun langkah kongkret penerapannya adalah dengan menyakurkan kredit valas kepada debitur yang memiliki natural hedge dalam bisnis model mereka.
"BNI secara berkala terus menerapkan manajemen risiko yang ketat, salah satunya dengan melakukan stress test terhadap kondisi makro ekonomi termasuk pergerakan nilai tukar guna mengantisipasi agar tidak berdampak terhadap kualitas aset," ujar Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo, Kamis (10/4).
Sementara terkait kondisi likuiditas valas, Okki mengatakan likuiditas dalam mata uang dolar AS masih berada pada level yang memadai. Saat ini, rasio Liquidity Coverage Ratio (LCR) dan Net Stable Funding Ratio (NSFR) valas BNI masing-masing tercatat sebesar 151,72 persen dan 135,13 persen. Loan to Deposit Ratio (LDR) juga tetap berada dalam koridor yang ditetapkan oleh manajemen.
"BNI menjaga kecukupan likuiditas di atas rasio yang ditetapkan oleh regulator," sebut dia.
Selain itu, BNI memiliki posisi alat likuid dalam bentuk dolar AS yang mencukupi dan dijaga pada level lebih tinggi dari risk appetite internal bank. Dengan pengelolaan risiko yang disiplin serta posisi likuiditas yang kuat, Okki optimistis BNI mampu menjaga stabilitas kinerja di tengah kondisi pasar global yang penuh tantangan.
"Hal ini mencerminkan kesiapan BNI dalam menghadapi potensi tekanan likuiditas yang mungkin timbul akibat dinamika nilai tukar global," imbuh Okki.