Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
payment ID.png
Payment ID akan diluncurkan BI pada 17 Agustus 2025 (Dok. Bank Indonesia)

Intinya sih...

  • BI menurunkan BI Rate menjadi 4,75% untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik

  • Nilai tukar Rupiah menguat tipis 0,30% dan tetap terkendali di tengah ketidakpastian global

  • Inflasi IHK Agustus 2025 rendah 2,31%, diprakirakan tetap terjaga rendah dalam sasaran 2,5±1 persen

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNEBank Indonesia (BI) kembali menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 4,75 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode September 2025. Sementara itu, untuk suku bunga deposit facility juga turun sebesar 50 bps menjadi 3,75 persen, dan suku bunga lending facility turun 25 bps menjadi 5,50 persen. 

Gubernur BI, Perry Warjiyo menjelaskan, keputusan ini sejalan dengan upaya mendorong pertumbuhan ekonomi domestik. Selain itu, kebijakan ini juga untuk menjaga tetap rendahnya prakiraan inflasi 2025 dan 2026 dalam sasaran 2,5±1 persen dan stabilitas nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamentalnya.

“Sejalan dengan itu, ekspansi likuiditas moneter dan kebijakan makroprudensial yang longgar terus diperkuat untuk menurunkan suku bunga, meningkatkan likuiditas, dan mendorong kredit/pembiayaan bagi pencapaian pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. kata Perry dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (17/9).

Perry menyatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia perlu makin ditingkatkan agar sesuai dengan kapasitas perekonomian. Perry mengatakan, pada triwulan III 2025, sejumlah indikator menunjukkan konsumsi rumah tangga masih belum kuat dipengaruhi oleh menurunnya ekspektasi konsumen khususnya pada kelompok menengah ke bawah serta terbatasnya ketersediaan lapangan kerja.

Nilai tukar rupiah masih menguat tipis 0,30% 

ilustrasi nilai tukar mata uang (Freepik.com/kono32)

Di sisi lain, nilai tukar Rupiah tetap terkendali didukung kebijakan stabilisasi Bank Indonesia di tengah ketidakpastian global yang tinggi. Nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS hingga 16 September 2025 menguat sebesar 0,30 persen poin to poin (PtP) dibandingkan dengan level akhir Agustus 2025. 

Perry mengklaim, stabilitas nilai tukar Rupiah didukung oleh konsistensi kebijakan stabilisasi Bank Indonesia di tengah tingginya ketidakpastian pasar keuangan global. Serta, peningkatan konversi valas ke Rupiah oleh eksportir seiring penerapan penguatan kebijakan Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA).

Ke depan, lanjut Perry, nilai tukar Rupiah diprakirakan tetap stabil didukung komitmen Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah, imbal hasil yang menarik, inflasi yang rendah, dan tetap baiknya prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia. Bank sentral juga terus memperkuat respons kebijakan stabilisasi, termasuk intervensi terukur di pasar off-shore NDF dan strategi triple intervention pada transaksi spot, DNDF, dan SBN di pasar sekunder.

Inflasi IHK capai 2,31%

Aktivitas jual beli di pasar Sayur Magetan. IDN Times/Riyanto.

Sementara itu, Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Agustus 2025 tercatat rendah 2,31 persen (YoY) didorong inflasi inti dan administered prices (AP) yang menurun. Inflasi inti juga turun menjadi 2,17 persen (YoY), dipengaruhi oleh konsistensi suku bunga kebijakan moneter Bank Indonesia dalam menjangkar ekspektasi inflasi sesuai dengan sasarannya, serta imported inflation yang rendah.

Inflasi kelompok AP menurun menjadi 1,00 persen (YoY) didorong penyesuaian harga BBM nonsubsidi dan diskon tiket pesawat dalam rangka peringatan HUT RI 2025. Sementara itu, inflasi kelompok volatile food (VF) meningkat menjadi 4,47 persen (YoY), didorong terutama kenaikan harga komoditas beras seiring berakhirnya masa panen raya. 

Ke depan, Bank Indonesia meyakini inflasi tahun 2025 dan 2026 tetap terjaga rendah dalam sasaran 2,5±1 persen. Inflasi inti diprakirakan tetap rendah seiring ekspektasi inflasi yang terjangkar dalam sasaran, kapasitas ekonomi yang masih besar, imported inflation yang terkendali, dan dampak positif dari digitalisasi.

Editorial Team