Jakarta, FORTUNE – Sejumlah ekonom menyoroti tingkat konsumsi rumah tangga Indonesia yang masih rendah dari total kinerja pertumbuhan ekonomi (produk domestik bruto/PDB) meskipun lebih baik dari sebelumnya.
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, misalnya, mengatakan pemulihan konsumsi rumah tangga RI masih belum maksimal. Padahal, komponen pengeluaran tersebut berkontribusi besar terhadap kinerja ekonomi keseluruhan. Akibatnya, pemulihan ekonomi RI diperkirakan belum melaju sesuai harapan.
“Konsumsi rumah tangga sempat turun di kuartal ketiga akibat gelombang ketiga varian COVID-19 Delta. Sama halnya dengan pertumbuhan ekonomi yang melambat pada periode sama. Karena itu, pertumbuhan keseluruhan tahunnya juga belum kembali normal,” kata Josua kepada Fortune Indonesia, Senin (7/2).
Badan Pusat Statistik (BPS), dalam konferensi pers, mengumumkan konsumsi rumah tangga pada kuartal keempat 2021 tumbuh 3,55 persen secara setahunan (year-on-year/yoy), atau naik dari 1,02 persen yoy pada kuartal sebelumnya. Konsumsi sempat tumbuh 5,96 persen pada kuartal kedua tahun sama. Secara keseluruhan, konsumsi 2021 meningkat 2,02 persen.
Konsumsi rumah tangga menyumbang 52,91 persen terhadap PDB. Dengan begitu, pertumbuhan ekonomi pada kuartal keempat mencapai 5,02 persen, dan pada keseluruhan tahun lalu 3,69 persen.
Jika dibandingkan terlihat kinerja pemulihan konsumsi lebih rendah dari total pertumbuhan ekonomi. Sebagai tambahan, realisasi pertumbuhan ekonomi tersebut juga lebih rendah dari 4 persen target pemerintah versi Kementerian Keuangan.
Kepada Antara, Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core), Piter Abdullah, berpendapat pertumbuhan konsumsi Oktober-Desember 2021 belum cukup tinggi lantaran pandemi COVID-19 masih berlangsung. “Pertumbuhan konsumsi ini walaupun lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kuartal ketiga yang tumbuh sebesar 1,06 persen secara kuartalan, tetapi termasuk sangat rendah,” ujarnya.