Jakarta, FORTUNE — Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo sempat menyoroti sikap bank yang masih lambat menurunkan bunga kredit. Bahkan, Perry telah mengimbau perbankan untuk dapat merespon penurunan suku bunga acuan BI (BI-rate) dengan penurunan kredit secara cepat. Apalagi, penurunan BI-rate telah mencapai 125 bps dalam 10 bulan yang kini berada pada level 4,75 persen.
“Penurunan suku bunga perbankan masih berjalan lambat sehingga perlu dipercepat,” kata Perry saat konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG BI) di Jakarta, Rabu (19/11).
Menanggapi arahan bank sentral tersebut, Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga), Lani Darmawan menyatakan bahwa pihaknya telah secara bertahap menurunkan suku bunga kredit. “Bunga kredit kami sudah bertahap ada penurunan. Namun tentu saja tidak untuk nasabah yang telah mendapatkan special rate kredit sebelumnya,” kata Lani saat dihubungi Fortune Indonesia di Jakarta, (24/11).
Ia tak memungkiri bahwa lambatnya penurunan bunga kredit terjadi lantaran masih mahalnya cost of fund (CoF) simpanan yang terjadi akibat bunga khusus atau special rate. Namun, kini CIMB Niaga sudah tidak menerapkan bunga spesial untuk produk simpanan kepada para debitur.
“Saya perkirakan masih ada DPK special rate yang ditempatkan di perbankan nasional dalam deposito jangka lebih panjang sehingga masih tercatat mahal CoF-nya. Kami sendiri sudah tidak memberikan special rate DPK untuk yang baru-baru ini. Dan terlihat likuiditas juga sudah mulai melonggar,” kata Lani.
Berdasarkan laman resmi perusahaan, Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) yang ditetapkan CIMB Niaga hingga akhir November 2025 untuk kredit Non-UMKM korporasi capai 8,15 persen sedangkan untuk segmen ritel memiliki bunga 8,90 persen.
Sementara itu, bank swasta lain yang telah menurunkan bunga kredit adalah PT Bank Permata Tbk (Permata Bank). Bank swasta ini mengaku telah melakukan review suku bunga pasar secara berkala.
Division Head Consumer Lending Permata Bank, Haryanto menyatakan dari review tersebut, pihaknya akan menentukan apakah memang diperlukan adjustment terhadap suku bunga kredit. Menurutnya, sudah ada beberapa sektor kredit yang dilakukan adjustment sesuai tren penurunan suku bunga acuan.
“Segmen yang sudah turun itu adalah untuk kredit modal usaha. Contohnya itu kami juga sudah melakukan review dan juga penyesuaian terhadap segmen-segmen tertentu di dalam kredit modal usaha itu,” kata Haryanto kepada media beberapa waktu lalu.
Berdasarkan laman resmi perusahaan, SBDK yang ditetapkan Permata Bank hingga akhir November 2025 untuk kredit Non-UMKM korporasi capai 7,84 persen sedangkan untuk segmen ritel memiliki bunga 8,00 persen. Di sisi lain, berdasarkan data Bank Indonesia, suku bunga kredit bank berjalan sangat lambat, yaitu baru turun 20 bps. Dari 9,20 persen pada awal 2025 menjadi sebesar 9,00 persen pada Oktober 2025.
