Jakarta, FORTUNE – Bank Sentral Inggris (Bank of England/BoE) untuk pertama kalinya menaikkan suku bunga acuan dalam tiga tahun terakhir menyusul seruan untuk mengatasi lonjakan harga (inflasi) barang.
Dalam pengumumannya pada Kamis (16/12), lembaga tersebut menaikkan suku bunga menjadi 0,25 persen dari sebelumnya 0,1 persen. Menurut Gubernur bank sentral Inggris, Andrew Bailey, keputusan tersebut perlu untuk mengatasi tekanan inflasi yang kuat dalam membangun perekonomian.
Saat ini tingkat inflasi di Inggris mencapai 5,1 persen—merupakan angka tertinggi dalam satu dekade terakhir. Bailey memperkirakan inflasi akan meningkat lebih lanjut pada awal tahun depan.
“Dalam jangka pendek, yaitu dua atau tiga bulan ke depan, kami pikir (inflasi) bisa mencapai sekitar 6 persen" kata Bailey seperti dikutip dari BBC, Jumat (17/12).
Kenaikan harga gas merupakan faktor utama lonjakan inflasi. Perkara tersebut juga merupakan pendorong utama tagihan (biaya) energi domestik.
Keputusan bank sentral Inggris terjadi di tengah kekhawatiran varian COVID-19 Omicron terhadap perlambatan ekonomi karena masyarakat menahan belanjanya. Meski demikian, kebijakan bank juga untuk meningkatkan biaya pinjaman kepemilikan rumah (KPR).
Kepada The Guardian, Samuel Tombs, kepala ekonom Inggris di konsultan Pantheon Macroeconomics, mengatakan keputusan bank sentral sedemikian—meski ada kekhawatiran perlambatan ekonomi akibat Omicron—mengindikasikan betapa besar kekhawatiran terhadap prospek inflasi.