Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Citi Data Centre Day (7) - Chief Economist Citi Indonesia, Helmi Arman.jpeg
Chief Economist Citibank Indonesia, Helmi Arman pada acara ‘Citi Data Centre Day 2025’ (27/10)/Dok Citi Indonesia

Intinya sih...

  • Kebijakan agresif Menkeu Purbaya mendongkrak optimisme ekonomi RI 2026

  • Ekonomi RI diprediksi tumbuh 5% di 2025, didorong oleh arah BI meturunkan suku bunga acuan

  • Stabilitas ekonomi RI didukung oleh peningkatan likuiditas perbankan dan kebijakan The Fed yang tidak menaikkan suku bunga

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta,FORTUNE –Chief Economist Citibank Indonesia, Helmi Arman, memandang kebijakan agresif Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa dalam mengelola fiskal bakal mendongkrak optimisme ekonomi Indonesia pada 2026 mendatang. 

Hal itu disampaikan Helmi pada acara ‘Citi Data Centre Day 2025’ di hadapan berbagai nasabah dan pelaku bisnis digital. Ia menilai tekanan jangka pendek ekonomi RI di tahun depan akan mereda. Kondisi itu didukung oleh program-program bantuan sosial hingga makan bergizi gratis yang akan mulai berdampak di tahun depan

“Kami melihat Menteri Keuangan yang baru memiliki kecenderungan untuk lebih agresif dalam menggunakan dana yang belum terserap di berbagai kementerian dan lembaga untuk kegiatan stimulus spending. Bentuknya bisa berupa bantuan tunai hingga insentif pajak. Jadi, kami memperkirakan dorongan fiskal akan lebih kuat tahun depan,” kata Helmi.

Ekonomi RI masih bisa tumbuh 5% di 2025

Wakil Presiden (Wapres) RI, Gibran Rakabuming meninjau aktivitas perdagangan di Pasar Jagasatru, Kota Cirebon, Jawa Barat, Jumat (24/10/2025) (dok. Setwapres)

Selain itu, pihaknya juga memperkirakan Bank Indonesia (BI) masih akan menurunkan suku bunga acuannya sebanyak dua kali pada akhir 2025. Dengan demikian, suku bunga acuan BI diprediksi akan berada pada level 4,25 persen di akhir tahun 2025. Pada Oktober 2025, bunga acuan BI tercatat pada level 4,75 persen.

“Selain itu, ada peningkatan likuiditas perbankan akibat pergerakan dana pemerintah dari rekening di BI ke sistem perbankan. Ini menciptakan suntikan likuiditas yang besar dan mendorong penurunan suku bunga deposito maupun kredit,” kata Helmi.

Faktor pendukung stabilitas ekonomi RI lainnya juga muncul dari global, yang mana bank sentral Amerika Serikat atau The Fed diprediksi tidak akan menaikkan suku bunga di 2026 dan dalam tren menurun. Seperti diketahui, saat ini level suku bunga The Fed berada di kisaran 4,00 persen hingga 4,25 persen. Dengan kondisi tersebut, lanjut Helmi, ekonomi Indonesia diyakini masih akan tumbuh di level 5 persen pada akhir tahun 2025.

Editorial Team