Jakarta, FORTUNE – Bank Pembangunan Asia (ADB) memangkas prospek pertumbuhan ekonomi untuk negara berkembang di kawasan Asia. Revisi proyeksi ini dilakukan menyusul perkembangan pandemi dari varian baru COVID-19, Omicron.
Dalam Asian Development Outlook Supplement per Desember 2021, ADB menyesuaikan pertumbuhan ekonomi Asia pada 2021 menjadi 7,0 persen dari sebelumnya 7,1 persen (proyeksi September). Sedangkan, pada 2022, ekonomi kawasan tersebut diperkirakan hanya tumbuh 5,3 persen, turun dari 5,4 persen sebelumnya.
Kepala Ekonom ADB, Joseph Zveglich, mengatakan Asia tengah mengalami kemajuan stabil dalam menangani COVID-19 melalui upaya vaksinasi dan implementasi tindakan pencegahan yang lebih strategis. Hal itu sebenarnya membantu meningkatkan prospek pertumbuhan pada awal tahun ini.
“Namun, wabah baru di kuartal ketiga meredam pertumbuhan produk domestik bruto, dan munculnya varian virus Omicron menyebabkan ketidakpastian baru. Upaya pemulihan harus mempertimbangkan perkembangan ini,” kata Joseph dalam keterangannya, pada Selasa (14/12).
Bagi ADB, risiko utama terhadap prospek pertumbuhan tetap kebangkitan dalam kasus COVID-19. Jumlah rata-rata kasus harian secara global naik menjadi hampir 573.000 kasus pada 30 November dari 404.000 kasus pada 15 Oktober.
Tingkat vaksinasi (lengkap) di Asia juga telah meningkat menjadi 48,7 persen dari populasi bulan lalu. Namun, masih tertinggal dari Amerika Serikat (58,1 persen) dan Uni Eropa (67,2 persen). Tingkat orang yang divaksinasi lengkap juga sangat bervariasi di Asia: dari setinggi 91,9 persen total populasi di Singapura hingga serendah 2,2 persen di Papua Nugini.