Jakarta, FORTUNE - PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) membukukan laba bersih konsolidasi mencapai Rp15,12 triliun hingga akhir September 2025. Kinerja ini dicapai berkat strategi penguatan kualitas portofolio kredit, efisiensi pendanaan, serta transformasi digital yang semakin matang.
Direktur Utama BNI Putrama Wahju Setyawan mengatakan, rasio permodalan BNI yang tercermin dari Capital Adequacy Ratio (CAR) mencapai 21,1 persen, termasuk Tier-1 Capital yang tetap kuat. Likuiditas juga berada pada tingkat aman dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 86,9 persen, Liquidity Coverage Ratio (LCR) 167,4 persen, dan Net Stable Funding Ratio (NSFR) 142,1 persen.
"Keberhasilan ini menunjukkan kemampuan BNI untuk tetap adaptif dalam menghadapi tantangan, sambil terus mendorong pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan," ujar Putrama dalam keterangan tertulis, Jumat (24/10).
Dari portofolio kredit, BNI mencatatkan total penyaluran sebanyak Rp812,2 triliun atau tumbuh 10,5 persen secara tahunan. Direktur Finance & Strategy BNI Hussein Paolo Kartadjoemena menjelaskan, pertumbuhan tersebut tercatat merata di seluruh segmen bisnis.
Pada segmen korporasi, tercatat penyaluran kredit BNI sebesar Rp450,7 triliun, naik 12,4 persen yang terdorong oleh peningkatan pembiayaan kepada korporasi swasta, BUMN, dan institusi. Sementara itu, kredit segmen menengah tumbuh 14,3 persen YoY, dan kredit UMKM non-KUR meningkat 13,9 persen YoY menjadi Rp46,3 triliun.
Segmen konsumen juga menunjukkan kinerja positif dengan pertumbuhan 9,6 persen secara tahunan (YoY) menjadi Rp150,2 triliun, ditopang pembiayaan KPR, personal loan, dan kartu kredit. Sinergi dengan anak perusahaan turut memperkuat ekosistem bisnis BNI, tercermin dari pertumbuhan kredit usaha di level grup yang naik 15,3 persen (YoY) menjadi Rp17,4 triliun.
"Pertumbuhan kredit BNI kini lebih seimbang di seluruh segmen, baik korporasi, menengah, maupun UMKM. Hal ini menunjukkan efektivitas strategi pembiayaan kami dalam menjaga kualitas aset sekaligus mendorong pertumbuhan sektor produktif," ujar Paolo.
BNI mampu menjaga rasio kredit bermasalah (NPL gross) tetap rendah di kisaran dua persen. Sementara Loan at Risk (LAR) membaik ke level 10,4 persen.
Guna menjaga kualitas aset dan profil risiko tetap sehat, perseroan terus berupaya memperkuat ketahanan keuangannya melalui pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) yang solid dan disiplin.
Hingga akhir kuartal III 2025, CKPN BNI tercatat sebesar Rp34,7 triliun, dengan rasio cakupan terhadap kredit bermasalah (NPL coverage ratio) mencapai 222,7 persen.
"Kami terus memperkuat kualitas portofolio kredit dan menerapkan risk-based provisioning untuk memastikan ketahanan jangka panjang," kata Paolo.
Pada sektor ESG,hingga akhir September 2025, portofolio berkelanjutan BNI mencapai Rp192,4 triliun atau 24 persen dari total kredit, terdiri dari pembiayaan sosial-ekonomi dan pembiayaan hijau.
