Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Gambar Pinterest bangunan Bank Indonesia.
Gambar Pinterest bangunan Bank Indonesia.

Intinya sih...

  • LPEM UI memperkirakan BI akan pertahankan suku bunga acuan 5% pada September 2025.

  • Risiko inflasi dan kebijakan berbagi beban antara BI dan Kemenkeu masih dibayangi risiko.

  • Inflasi umum diperkirakan tetap terkendali pada Oktober 2025, meskipun pemangkasan suku bunga kebijakan diperkirakan berdampak pada permintaan agregat.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE – Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat FEB Universitas Indonesia (LPEM UI) memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan pertahankan suku bunga acuan atau BI Rate di level 5 persen pada periode September 2025 ini

Ekonom LPEM UI, Teuku Riefky menyarankan agar BI memberikan jeda waktu setelah memotong suku bunga acuan 25 basis poin (bps) secara dua kali berturut-turut pada Juli & Agustus 2025. 

“Bank Indonesia perlu mempertahankan suku bunga BI Rate pada level 5,00 persen pada pertemuan Dewan Gubernur September 2025 untuk mengevaluasi efektivitas transmisi kebijakan sambil memantau ketat volatilitas rupiah,” kata Riefky dalam Laporan Seri Analisis Makroekonomi Rapat Dewan Gubernur BI September 2025 di Jakarta, Rabu (17/9).

Skema burden sharing dibayangi risiko inflasi

Gedung Bank Indonesia sebagai simbol otoritas moneter dan intervensi pasar.

Riefky menyebut prospek kebijakan berbagi beban (burden sharing) antara Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) masih dibayangi oleh risiko. Ia tak memungkiri bahwa kebijakan itu dapat membantu meringankan tekanan fiskal, tetapi ada potensi mengaburkan kredibilitas kerangka kerja BI dan mengganggu target inflasi. 

“Dengan demikian, Bank Indonesia perlu menjaga keseimbangan antara sikap akomodatif dan komunikasi kebijakan yang tegas agar ekspektasi inflasi tetap terjaga serta menghindari persepsi subordinasi kebijakan moneter terhadap kepentingan fiskal,” katanya.

Berdasarkan komponennya, inflasi inti tercatat menurun menjadi 2,17 persen (YoY) pada Agustus 2025 dari 2,32 persen (YoY) pada Juli 2025. Penurunan ini ditopang oleh lemahnya permintaan domestik, sebagaimana tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Bank Indonesia yang melemah dari 118,1 pada Juli 2025 menjadi 117,2 pada Agustus 2025, serta kontribusi deflasi dari produk pembersih rumah tangga dan telepon seluler.

Ke depan, LPEM UI meramal inflasi umum akan tetap terkendali pada Oktober 2025 seiring dengan koreksi musiman harga pangan akibat panen serta turunnya biaya transportasi yang mengimbangi tekanan kenaikan harga.

Bank Indonesia optimis  inflasi akan tetap berada dalam rentang target 1,5–3,5 persen, meskipun pemangkasan suku bunga kebijakan diperkirakan berdampak pada permintaan agregat, pembiayaan konsumsi, dan inflasi inti, sehingga efeknya belum akan terlihat dalam jangka pendek.

Aliran modal asing diprediksi masih masuk ke RI

Kantor Bank Indonesia (BI). (IDN Times/Hana Adi Perdana)

Dari sisi global, pasar tetap mengantisipasi  penurunan suku bunga kebijakan The Fed pada pertemuan FOMC September 2025. Saat ini suku bunga kebijakan telah dipertahankan pada kisaran 4,25 persen hingga 4,50 persen sejak Desember 2024. Namun, ekspektasi penurunan semakin kuat setelah munculnya  tanda-tanda melemahnya pasar tenaga kerja.

“Mempertimbangkan ekspektasi pemotongan suku bunga kebijakan The Fed yang  akan datang, investor global meningkatkan alokasi portofolio mereka ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia,” katanya.

BI juga mencatat, periode 8 Agustus dan 8 September 2025 pasar Indonesia mencatat arus modal masuk bersih sebesar US$460 juta. Aliran modal ini berkontribusi pada penurunan imbal hasil obligasi  pemerintah, di mana imbal hasil obligasi 10 tahun turun dari 6,55 persen menjadi 6,44 persen dan imbal hasil obligasi 1 tahun turun dari 5,49 persen menjadi 5,18 persen pada periode yang sama.

Editorial Team