Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/foc.

Jakarta, FORTUNE - Perekonomian nasional pada kuartal ketiga tahun ini tumbuh positif meski melambat dibandingkan kuartal sebelumnya. Lalu, bagaimana dengan kinerja ekonomi daerah atau produk domestik regional bruto (PDRB)?

Sebagaimana terlihat pada data Badan Pusat Statistik (BPS), perekonomian Indonesia pada Juli–September tahun ini tumbuh 3,51 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Itu artinya ada perlambatan ketimbang capaian 7,07 persen pada kuartal kedua 2021.

Di tengah ketertinggalan itu, terdapat sejumlah provinsi yang berhasil tumbuh tinggi secara tahunan di atas rata-rata nasional, yakni Papua (14,54 persen), Maluku Utara (11,41 persen), dan Sulawesi Tengah (10,21 persen).

Sebaliknya, kinerja beberapa provinsi lain bahkan minus atau di bawah rata-rata nasional. Perekonomian Bali, misalnya, terkontraksi 2,91 persen serta terendah dari 34 provinsi. Begitu pula ekonomi Papua Barat yang terkoreksi 1,76 persen. Sedangkan, DI Yogyakarta hanya tumbuh 2,3 persen.

Papua bertumpu pertambangan

Berdasarkan data BPS Papua, perekonomian wilayah ini tumbuh dua digit terutama berkat sektor pertambangan dan penggalian yang melaju 37,56 persen yoy pada periode sama. Sektor usaha ini memiliki kontribusi lebih dari sepertiga ekonomi Papua.

Selanjutnya, pertumbuhan juga disumbang sektor usaha, seperti perdagangan besar eceran dan reparasi mobil sepeda (9,30 persen), pengadaan listrik dan gas (9,29 persen), dan real estate (7,04 persen).

Ditilik dari kelompok pengeluaran, perekonomian Papua terutama tumbuh seiring ekspor yang melejit 149,86 persen, impor yang tumbuh 117,49 persen. Setelahnya, bertumpu dari pembentukan modal tetap bruto (PMTB) (43,55 persen), konsumsi lembaga nonprofit (7,44 persen), dan konsumsi rumah tangga (1,39 persen).

Pariwisata Bali terdampak

Editorial Team

Tonton lebih seru di