Jakarta, FORTUNE - Indikator aktivitas manufaktur Indonesia atau Purchasing Managers Index (PMI) pada September 2021 mencapai 52,2 atau kembali di zona ekspansi (di atas 50) setelah dua bulan berada di level kontraksi (Juli 40,1 dan Agustus 43,7). Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, mengatakan perbaikan ini terbilang cukup cepat sejalan dengan kemajuan pengendalian pandemi Covid-19.
Tambahan kasus harian Covid-19 menurun siignifikan dalam dua bulan terakhir pada 1.690 kasus per hari per 30 September. "Kemajuan ini akan terus meningkatkan kepercayaan masyarakat dalam beraktivitas sejalan langkah pemerintah untuk melakukan pembukaan bertahap secara hati-hati dengan menurunkan level PPKM Jawa-Bali. Indikator sisi konsumsi juga menunjukkan tren yang sama, sudah meningkat sangat pesat”, ujarnya, Jumat (1/10).
Kenaikan indikator PMI yang cukup signifikan usai ledakan varian Delta ini menurutnya juga mengonfirmasi kinerja sektor manufaktur nasional yang produksinya terus meningkat. Hal ini terlihat dari indikator ekspor khususnya nonmigas yang terus mencatatkan pertumbuhan double digit. Agustus lalu, ekspor nonmigas tumbuh 63,4 persen (yoy) dan nilainya tercatat sebagai yang tertinggi dalam satu dekade terakhir.
Kendati demikian, ruang pertumbuhan untuk ekspor produk-produk unggulan nasional masih sangat besar. Ini tak lepas dari masih rendahnya permintaan ekspor baru karena belum meratanya pemulihan ekonomi dunia dan adanya hambatan pengiriman.