Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
ilustrasi asuransi kesehatan (freepik.com/ijeab)
ilustrasi asuransi kesehatan (freepik.com/ijeab)

Intinya sih...

  • Penetrasi asuransi di Indonesia hanya 1,4 persen, terendah di Asia Tenggara

  • Literasi asuransi di Indonesia baru mencapai sekitar 45,45 persen pada tahun 2025

  • Faktor penghambat penetrasi asuransi antara lain minimnya kepercayaan terhadap perusahaan asuransi dan persepsi bahwa premi cenderung mahal

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE– Riset IFG Progress 2025 mencatat tingkat penetrasi asuransi di Indonesia masih menjadi yang terendah di kawasan Asia Tenggara, yakni hanya 1,4 persen. Angka ini tertinggal dibandingkan Vietnam sebesar 2,2 persen, Filipina 2,5 persen, Malaysia 3,8 persen, Thailand 4,6 persen, bahkan Singapura mencapai 12,5 persen. Sedangkan, dua negara besar Asia seperti Tiongkok memiliki penetrasi 3,9 persen dan India 4,0 persen.

“Rendahnya penetrasi asuransi di Indonesia menunjukkan masih besarnya tantangan dalam meningkatkan edukasi keuangan. Banyak masyarakat yang belum menyadari bahwa asuransi bukan sekadar biaya, melainkan investasi perlindungan jangka panjang bagi diri dan keluarga,” kata Fabiola Noralita, Direktur Bisnis Individu IFG Life melalui keterangan resmi di Jakarta, Selasa (9/9).

Inklusi keuangan RI capai 45%

ilustrasi menyiapkan asuransi (pexels.com/Leeloo The First)

Di sisi lain, berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025 juga mencatat tingkat literasi asuransi di Indonesia pada 2025 tercatat sekitar 45,45 persen. Angka ini masih lebih rendah dibandingkan rata-rata negara lain yang mencapai 60–70 persen.

Fabiola menyebut minimnya pemahaman mengenai manfaat asuransi yang memicu banyak kesalahpahaman dan menjadi salah satu faktor utama rendahnya kesadaran masyarakat untuk memiliki perlindungan sejak dini.

Sebagian masyarakat masih beranggapan bahwa proses klaim asuransi selalu rumit, membutuhkan waktu lama, dan sering kali memakan biaya tambahan. Persepsi ini membuat sebagian orang enggan memiliki asuransi, karena merasa nantinya justru akan dipersulit saat membutuhkan manfaat perlindungan.

Untuk itu, IFG Life juga menegaskan bahwa klaim asuransi sebenarnya dirancang untuk mudah, cepat, dan transparan. Selain pengajuan klaim konvensional, nasabah IFG Life juga dapat mengajukan klaim secara digital melalui aplikasi One by IFG.

IFG ungkap tiga faktor penghambat penetrasi asuransi

Diskusi IFG dengan Media di Jakarta (30/7)/Dok IFG

Data IFG Progress juga menunjukkan tiga faktor utama yang menghambat masyarakat menjadi peserta asuransi, yaitu: pertama belum merasa memiliki kebutuhan, kedua kurangnya kepercayaan terhadap perusahaan asuransi, dan ketiga ialah persepsi bahwa premi asuransi cenderung mahal. Ketiga faktor ini membutuhkan pendekatan yang berbeda untuk mendorong peningkatan penetrasi asuransi.

Studi tersebut juga menemukan belum adanya kecenderungan kuat dari responden yang belum memiliki asuransi untuk segera membeli produk asuransi. Hal ini terlihat dari komposisi sub kelompok responden yang masih terbagi: 53 persen menyatakan ingin membeli asuransi pertama mereka, sementara 47 persen belum memiliki niat. Bahkan, dari kelompok yang ingin membeli, sekitar 40 persen baru berencana mendaftar asuransi lebih dari lima tahun ke depan. 

Editorial Team