Jakarta, FORTUNE - Manajemen PT Bank Permata Tbk (BNLI) buka suara perihal kenaikan signifikan saham perseroan dalam sebulan terakhir hingga menyebabkan penghentikan sementara perdagangan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).
Hingga penutupan perdagangan (6/10), saham harga saham bank yang dikendalikan oleh Bangkok Bank itu telah naik sekitar 79 persen ke level Rp5.675 per saham.
Menanggapi volatilitas tajam tersebut, Chief of Treasury Bank Permata, Suryadi Ong mengatakan bahwa lonjakan saham BNLI sepenuhnya dinamika pasar dan hasil keputusan investor. "Pergerakan harga saham Permata Bank merupakan hasil keputusan investasi dari setiap investor dan mengikuti mekanisme pasar yang berlaku di Indonesia,” ujar Rudy, Senin (6/10).
ia memastikan tidak ada informasi atau kejadian material yang belum diungkapkan kepada publik. "Sampai dengan pelaksanaan paparan publik ini, tidak terdapat informasi atau fakta material yang dapat memengaruhi harga saham atau keputusan investasi," ujarnya,
BEI sebelumnya menjelaskan bahwa penghentian sementara perdagangan saham BNLI pada 30 September 2025 dilakukan sebagai langkah perlindungan investor, seiring kenaikan harga yang dinilai tidak wajar. Saham BNLI kemudian kembali diperdagangkan pada 1 Oktober 2025.
Ia juga menyatakan bahwa BNLI belum ada kemungkinan aksi korporasi berupa stock split untuk menyesuaikan harga saham yang melesat tajam.
"Perusahaan belum memiliki keputusan ataupun rencana yang resmi mengenai stock split. Semua aksi korporasi akan dipertimbangkan secara komprehensif, dan bila ada keputusan yang bersifat material, tentu akan kami sampaikan melalui kanal resmi," jelasnya.
Pada Januaari hingga Juni 2025, Bank Permata mencatatkan laba bersih Rp1,6 triliun. Angka ini tumbuh 7,6 persen secara tahunan (year-on-year). Pertumbuhan ini ditopang oleh pendapatan non-bunga yang melonjak 16,7 persen yoy, serta efisiensi operasional yang berhasil menurunkan cost-to-income ratio ke level 48,5 persen.
Bank Permata juga mencatat penyaluran kredit Rp162,6 triliun atau tumbuh 7,4 persen yoy. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (gross NPL) terus membaik menjadi 2,1 persen dari sebelumnya 2,4 persen pada Juni 2024.
Dari sisi nerca keuangan, tercatat total asset per mencapai Rp264,2 triliun, naik 2,3 persen yoy. Kemudian dari sisi permodalan, Permata Bank tercatat memiliki salah satu rasio kecukupan modal (CAR) yakni 33,5 persen.