FINANCE

Jangan Panik, Permodalan Bank di RI Lebih Kuat Dibanding Eropa dan AS

Keterbatasan modal bisa kurangi kepercayaan masyarakat.

Jangan Panik, Permodalan Bank di RI Lebih Kuat Dibanding Eropa dan ASKawasan SCBD Senayan/Shutterstock N Rudianto
28 March 2023
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

JakartaFORTUNE - Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dian Ediana Rae menilai, kerentanan yang saat ini terjadi di perbankan global dipicu oleh kegagalan bank tertentu di Amerika Serikat dan Eropa. Namun demikian, pihaknya memastikan hal tersebut tidak memiliki dampak signifikan terhadap industri perbankan Indonesia.  

Berbagai indikator menunjukkan bahwa perbankan Indonesia dalam kondisi yang solid dengan rata-rata rasio prudensial yang tetap di atas rata-rata perbankan global. 

Sebagai gambaran, pada posisi Januari 2023, rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 25,93 persen dan sekitar 85 persen komponen modal masuk dalam klasifikasi modal inti (Tier 1 capital; CET 1). Sebagai perbandingan, rasio modal inti perbankan Amerika 13,52 persen dan Eropa sebesar 16,13 persen. 

"Selain itu, kinerja likuiditas perbankan Indonesia terjaga dengan baik, antara lain ditunjukkan dengan Liquidity Coverage Ratio (LCR) dan Net-Stable Funding Ratio (NSFR) masing-masing tercatat sebesar 232,22 persen dan 134,58 persen," jelas Dian melalui keterangan resmi yang dikutip di Jakarta, Selasa (28/3). 

Kondisi likuiditas tersebut juga jauh lebih baik dibandingkan dengan rasio LCR dan NSFR perbankan di Amerika sebesar 120,43 persen dan 123,20 persen serta perbankan di Eropa sebesar 152,39 persen dan 120,21 persen.

Keterbatasan modal bisa kurangi kepercayaan masyarakat

Ilustrasi Bank/ Shutterstock.Kevin George

Hal tersebut disampaikan Dian saat menghadiri pertemuan Basel Committee on Banking Supervision (BCBS) pada 22 – 23 Maret 2023 di Hong Kong. 

Dalam kesempatan tersebut, BCBS juga mengingatkan bahwa keterbatasan modal dan likuiditas akan menimbulkan kerugian yang jauh lebih besar apabila industri perbankan gagal dalam mengantisipasi gejolak makroekonomi global. Hal ini juga bisa mengurangi kepercayaan masyarakat.  

Menurut BCBS, biaya ekonomi dan sosialnya akan sangat besar dan jauh lebih mahal terlebih apabila hal tersebut memicu efek rembetan (spill over effect) secara global. Sebab, kasus kegagalan SVB atau Lehman Brother sebelumnya telah memberi pelajaran yang sangat berharga. 

Penutupan Sillicon Valley Bank (SVB) di Amerika Serikat yang pada dasarnya dipicu masalah teknis individu bank terkait mismatch asset & liabilities management. Hal ini juga tidak di-cover dengan ketersediaan likuiditas dan modal yang memadai telah memicu permasalahan psikologis dengan turunnya kepercayaan pada institusi keuangan. Dampaknya, penurunan kepercayaan tersebut telah memberi efek rembetan pada beberapa bank lain dan menyebar lintas yurisdiksi.

OJK tekankan pentingnya pengelolaan modal

Ilustrasi Perbankan/ Achmad Bedoel

Related Topics