FINANCE

Standar Penyaluran Kredit Bank Diprediksi Lebih Ketat, Ini Penyebabnya

BI optimis kredit masih tumbuh 9,2% di akhir 2022.

Standar Penyaluran Kredit Bank Diprediksi Lebih Ketat, Ini PenyebabnyaIlustrasi Bank Indonesia/ Shutterstock Harismoyo
19 July 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Survei Perbankan Bank Indonesia (BI) mengindikasikan standar penyaluran kredit pada kuartal III-2022 sedikit lebih ketat dibandingkan periode sebelumnya. Hal itu terindikasi dari Indeks Lending Standard (ILS) positif sebesar 1,9 persen, berbeda dengan -0,3 persen pada kuartal sebelumnya.

“Aspek kebijakan penyaluran kredit yang diprakirakan lebih ketat antara lain disebabkan oleh plafon kredit, jangka waktu kredit, premi kredit berisiko, dan agunan,” jelas Kepala Departemen Komunikasi sekaligus Direktur Eksekutif BI Erwin Haryono di Jakarta, Selasa (19/7).

Standar penyaluran kredit yang lebih ketat dibandingkan kuartal sebelumnya diprakirakan terjadi pada jenis kredit modal kerja, kredit konsumsi selain KPR, dan kredit UMKM.

BI optimis kredit masih tumbuh 9,2% di akhir 2022

Meski demikian, responden memprakirakan outstanding kredit hingga akhir 2022 masih akan tetap tumbuh positif sebesar 9,2 persen (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit 2021 yang sebesar 5,2 persen (yoy).

Pada kuartal III-2022, lanjut Erwin, secara kuartalan (qtq) penyaluran kredit baru diprakirakan tetap tumbuh meski sedikit melambat dibandingkan kuartal sebelumnya. Hal ini terindikasi dari SBT prakiraan permintaan kredit baru kuartal III-2022 sebesar 95,7 persen, atau sedikit lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya di 96,9 persen.

BI mencatat, prioritas utama responden dalam penyaluran kredit baru di kuartal III-2022 adalah kredit modal kerja, diikuti oleh kredit investasi dan kredit konsumsi.

Penghimpunan DPK diprediksi masih akan kuat

Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada kuartal III-2022 juga diprakirakan tumbuh positif, meski tidak setinggi pada kuartal sebelumnya. Pertumbuhan yang melambat tersebut terindikasi dari SBT pertumbuhan DPK sebesar 41,1 persen, atau lebih rendah dibandingkan 55,5 persen pada kuartal sebelumnya.

Pertumbuhan DPK diprakirakan terjadi pada jenis instrumen giro dan tabungan, dengan SBT positif masing-masing sebesar 30,5 persen dan 51,5 persen Sementara itu, deposito terindikasi menurun dari SBT yang bernilai negatif sebesar -21,7 persen.

Related Topics