Akibat Tarif Trump Industri Barang Mewah Global Diprediksi Turun 2%

Jakarta, FORTUNE - Lembaga riset Bernstein memangkas proyeksi pertumbuhan sektor barang mewah global untuk tahun 2025 dari sebelumnya naik 5 persen menjadi minus 2 persen. Langkah ini diambil menyusul dampak dari kebijakan tarif perdagangan yang disebut "ekstrem" oleh pemerintahan Trump serta ancaman stagflasi yang kian nyata.
“Ketidakpastian, serta kemungkinan terus berlanjutnya kejatuhan pasar saham, sedang menciptakan ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya: resesi global,” tulis analis barang mewah Bernstein, Luca Solca, dalam laporan berjudul Fasten Your Seat Belts dikutip Selasa (8/4).
Pemangkasan proyeksi dilakukan di tengah merosotnya pasar saham Asia dan Eropa. Indeks Komposit Shanghai tercatat turun 7,3 persen pada penutupan perdagangan hari Senin. Sejumlah saham perusahaan besar di sektor barang mewah turut terdampak. Saham LVMH Moët Hennessy Louis Vuitton tercatat turun 4,2 persen, Kering turun 3,9 persen, Swatch Group merosot 3,6 persen, dan Compagnie Financière Richemont melemah 1,8 persen.
Solca menjelaskan bahwa Bernstein tidak terlalu khawatir terhadap dampak langsung dari tarif. “Yang menjadi kekhawatiran kami adalah dampak tingkat kedua dan ketiga: ketidakpastian, kejatuhan pasar saham baru-baru ini, depresiasi dolar AS, dan ancaman resesi global,” katanya.
Dampak ke konsumen dan persaingan harga
Dampak lanjutan terhadap perekonomian dunia, pasar keuangan, dan mata uang global kini mulai tampak. “Dampak ini akan semakin parah jika lebih banyak negara — seperti yang dilakukan Tiongkok pekan lalu — memperkenalkan tindakan balasan mereka sendiri, baik terhadap AS maupun pihak lain yang menjadi sasaran AS. Tanpa adanya perubahan konteks, kami memperkirakan akan ada penurunan lebih lanjut,” ujarnya.
Sejauh ini, para produsen barang mewah besar di Eropa masih belum banyak berkomentar soal tarif tersebut. Satu-satunya pengecualian adalah Ferrari, yang menurut Bernstein menyatakan akan membebankan tarif baru tersebut kepada konsumen.
Meski demikian, sejumlah pertanyaan diperkirakan akan muncul saat para pemain besar mulai mengumumkan laporan keuangan kuartal pertama. LVMH dijadwalkan memulai musim pelaporan pada 15 April mendatang.
Di sisi lain, Pascal Morand, Presiden Eksekutif dari Fédération de la Haute Couture et de la Mode, menyampaikan bahwa organisasi mode Prancis tersebut telah membentuk gugus tugas bersama para ekonom.
“[Gugus tugas ini dibentuk] untuk mengevaluasi dan mengantisipasi dampak dari berbagai kebijakan, dengan mempertimbangkan faktor daya saing harga maupun non-harga,” jelas Morand.
Ia menambahkan bahwa federasi telah mengikuti secara ketat eskalasi perdagangan terkait aluminium dan baja, serta dinamika hubungan dagang antara Uni Eropa dan Amerika Serikat. “Saat ini kami sedang berkomunikasi dengan para anggota dan otoritas publik,” pungkasnya.