Dianggap Ramah Lingkungan, Berlian Lab Grown Kian Diminati

Berlian Lab Grown lebih terjangkau dan berkelanjutan.

Dianggap Ramah Lingkungan, Berlian Lab Grown Kian Diminati
Co-founder Sol et Terre, Chelsea Islan/Dok. Sol et Terre
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Saat ini popularitas berlian lab grown di seluruh dunia semakin meningkat. StudyFinds menyebutkan bahwa dalam lima tahun terakhir, ketertarikan masyarakat Inggris terhadap berlian lab grown melonjak sampai 2000 persen.

Sebuah studi menyebutkan bahwa dari 1.500 orang responden berupa calon pengantin pria dan wanita dari generasi muda, 70 persen di antaranya memilih berlian lab grown untuk cincin pertunangan dan pernikahan, dengan alasan harga yang terjangkau dan sustainable.

Berlian lab grown tak bisa dipandang sebelah mata, sebab sama-sama bisa menjadi simbol ekspresi keabadian cinta pada momen pertunangan atau pernikahan. berlian lab grown justru menjawab stigma negatif di industri yang selama ini bergaung--proses pertambangan yang panjang dan mencemari lingkungan. Tak hanya itu, isu eksploitasi kemiskinan, kemanusiaan, dan keselamatan para pekerjanya kerap mewarnai penambangan berlian. 

Apakah berlian lab grown merupakan berlian asli?

Dok. Sol et Terre

Pada awalnya, berlian asli hanya berupa berlian hasil tambang. Berlian pertama kali dikembangkan di dalam laboratorium oleh para ilmuwan dari General Electric Research Laboratory pada dekade 1940-an lewat berbagai eksperimen yang meniru tekanan dan suhu ekstrem seperti di dalam lapisan Bumi saat proses pembentukan berlian. Berlian lab grown kemudian diperkenalkan kepada dunia pada 15 Februari 1955, tapi baru tersedia secara komersial pada tahun 1980-an.

Tiga dekade kemudian, Federal Trade Commission (FTC) mengeluarkan pernyataan bahwa berlian lab grown adalah berlian asli karena telah memenuhi karakteristik yang ditentukan.

Menurut Guides for the Jewelry, Precious Metals, and Pewter Industries yang dirilis oleh FTC, berlian asli memiliki karakteristik, yakni:

  1. terbuat dari karbon murni yang mengkristal,
  2. memiliki banyak warna,
  3. memiliki nilai kekerasan (hardness) 10,
  4. memiliki berat jenis (specific gravity) 3,52, dan
  5. indeks bias (refractive index) 2,42. 

Berbagai persyaratan yang melekat tersebut membuat berlian lab grown tidak lagi berbeda dengan berlian hasil tambang.

Pembuatan berlian lab grown

Dok. Sol et Terre

Sumarni Paramita FGA (Gem-A London), GG (GIA), IGI, RMV (Registered Master Valuer), Direktur Adamas Gemological Laboratory of Indonesia dan Institute Gemology Paramita, menjelaskan bahwa berlian lab grown adalah berlian yang dibuat di laboratorium dengan proses yang singkat.

"Tidak seperti berlian hasil tambang yang membutuhkan waktu panjang dan melewati proses ekstraksi berupa penambangan. Walau demikian, secara optik, kimia, dan fisik, berlian lab grown dan berlian hasil tambang tidak memiliki perbedaan. Berlian lab grown juga telah memenuhi kriteria untuk disebut sebagai berlian dari FTC, karena itu tak perlu diragukan bahwa berlian lab grown adalah berlian asli," ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (2/11).

Di Indonesia, kurangnya informasi mengenai berlian lab grown membuat pengetahuan masyarakat tentang jenis berlia n ini masih tergolong rendah. Tak heran jika kemudian banyak yang belum mengetahui bahwa berlian lab grown adalah berlian asli, sama seperti berlian hasil tambang. 

Peluang pertumbuhan industri berlian berkelanjutan

Dok. Sol et Terre

Peluang pertumbuhan industri berlian berkelanjutan di Indonesia masih terbuka luas. Di Indonesia, salah satu jemana sustainable luxury jewelry yakni Sol et Terre berkomitmen untuk terus mengedukasi masyarakat Indonesia tentang berlian lab grown, berlian asli yang mendukung praktik sustainability. Ini selaras dengan visi dan misi yang dimiliki oleh kedua co-founder Sol et Terre, yaitu Chelsea Islan, seorang aktris dan aktivis lingkungan yang juga menjadi SDG Mover untuk UNDP Indonesia, dan Veronica Pranata, seorang desainer perhiasan berpengalaman.

“Kami melihat bahwa di Amerika Serikat, berlian lab grown mulai populer sejak sembilan tahun lalu di kalangan generasi muda, karena harganya yang terjangkau dan ramah lingkungan," ucap Veronica Pranata.

Dia menambahkan, di Indonesia belum ada sumber yang terpercaya tentang berlian lab grown dan belum ada jewelry brand yang fokus menggunakan berlian ini. Kondisi ini merupakan salah satu pertimbangan kami mendirikan Sol et Terre.

"Kami ingin membuat terobosan baru dengan fokus menciptakan rangkaian perhiasan berkualitas, menggunakan berlian lab grown yang sustainable dan beretika. Inilah yang menjadi konsep di balik Sol et Terre, yaitu keindahan yang beretika,” ujarnya.

Masih menurut Veronica, Sol et Terre hanya menggunakan berlian lab grown pilihan yang berkualitas terbaik untuk produk perhiasannya, dibuktikan oleh sertifikasi GIA (Gemological Institute of America) dari Amerika Serikat dan IGI (International Gemological Institute) dari Belgia. Berlian-berlian ini dikurasi dengan sangat ketat, sehingga hanya 0,5 persen dari berlian kualitas perhiasan yang berhasil terpilih dan digunakan oleh Sol et Terre.

Berlian lab grown, pilihan berlian untuk sustainability

Dok. Sol et Terre

Berlian lab grown dikembangkan di dalam laboratorium dalam waktu yang singkat dan mengutamakan prinsip sustainability, yaitu memperhatikan kondisi lingkungan, sosial, dan ekonomi. Sebaliknya, berlian hasil tambang butuh proses panjang sekaligus merusak untuk mendapatkannya. Inilah yang membuat berlian hasil tambang lekat dengan masalah etika, tak hanya masalah kerusakan lingkungan tapi juga masalah buruh anak dan berlian konflik. 

Kerusakan lingkungan yang terjadi akibat penambangan berlian memang sangat nyata, diakibatkan oleh penggunaan alat berat dan bahan peledak. Menurut laporan Environmental Impact Analysis Production Of Rough Diamonds dari Frost & Sullivan, untuk mendapatkan 1 karat berlian hasil tambang, dibutuhkan konsumsi lahan, energi, dan air yang sangat besar. Penambangan berlian juga menyisakan polusi udara dan limbah mineral yang jumlahnya sangat besar. Semua ini kerusakan lingkungan ini dapat dikurangi menjadi minimal dengan memproduksi berlian di laboratorium.

Chelsea Islan mengatakan semua yang dilakukan di Sol et Terre didasarkan pada prinsip sustainability, termasuk dalam memilih menggunakan berlian lab grown. "Kami ingin rangkaian perhiasan dari Sol et Terre tak sekadar memberi keindahan pada pemakainya, tapi juga diproduksi tanpa berdampak buruk kepada lingkungan hidup dan manusia, sehingga dapat ikut melestarikan bumi," katanya,

Ia menambahkan, bagi Sol et Terre, menjalani bisnis yang sustainable dengan berlian lab grown juga harus memberi dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat. Hal ini telah diwujudkan lewat program memberi kembali ke masyarakat, khususnya untuk pendidikan, konservasi lingkungan, dan komunitas yang membutuhkan. Untuk itu, Sol et Terre menggandeng tiga LSM, yaitu Yayasan Plan International Indonesia, Wahana Visi Indonesia, dan Jakarta Animal Aid Network sekaligus melakukan penggalangan dana.

Magazine

SEE MORE>
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023

Most Popular

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus tapi Iuran Tetap Beda, Seperti Apa?
TDS 3 in Jakarta: NCT Dream, Sebuah Ikon Pertumbuhan
IBM Indonesia Ungkap Fungsi WatsonX Bagi Digitalisasi Sektor Keuangan
Ulang Tahun ke-22, Starbucks Indonesia Donasi Rp5 Miliar ke Gaza
Perkuat Ekosistem Kuliner Jepang, J Trust Gandeng Kushikatsu Daruma
Saat Bos Starbucks Bicara Persaingan dengan Brand Kopi Lokal