King Salman International Airport Akan Jadi Bandara Terbesar di Dunia

Proyek Ambisius untuk menarik 120 juta pengunjung pada 2030.

King Salman International Airport Akan Jadi Bandara Terbesar di Dunia
Dok. Foster + Partners
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Arab Saudi berencana membangun salah satu bandara terbesar di dunia. Kebijakan itu sebagai upaya Arab Saudi untuk menjadi salah satu destinasi wisata favorit. Mengutip Saudi Press Agency, Putra Mahkota Mohammed bin Salman menyebut bahwa bandara baru tersebut nantinya dibangun di bandara yang sudah ada di Kota Riyadh, Bandara Internasional King Khalid.

Proyek pembangunan ini nantinya akan dinamai King Salman International Airport, dengan menggunakan dana kekayaan kedaulatan Arab Saudi, yakni Dana Investasi Publik.

Pembangunan bandara ini akan mencakup area seluas sekitar 57 kilometer persegi dan menggandeng studio arsitektur Inggris, Foster + Partners untuk merancang enam landasan pacu. Selain itu, Foster + Partners juga merancang fasilitas perumahan dan rekreasi seluas 12 kilometer persegi, toko ritel, dan fasilitas pendukung bandara.

“Menantikan masa depan, Bandara Internasional King Salman yang baru menata ulang terminal tradisional sebagai concourse loop tunggal, yang dilayani oleh beberapa pintu masuk,” kata kepala studio Foster + Partners, Luke Fox, melansir dezeen.com, Jumat (2/12).

Proyek ambisius ini bertujuan untuk menampung hingga 120 juta pelancong pada tahun 2030, dan hingga 185 juta pelancong pada tahun 2050, serta 3,5 juta ton kargo.Bandara Internasional King Salman di Riyadh digadang akan menjadi salah satu bandara terbesar di dunia .

Konsep eco-green

Dok. Foster + Partners

Bandara Internasional King Salman adalah bandara ketiga yang dirancang oleh Foster + Partners di Arab Saudi. Desain bandara itu nantinya akan menampilkan budaya Saudi untuk menawarkan "pengalaman perjalanan yang unik" bagi pengunjung. Bandara ini mengedepankan konsep eco-green, yang lebih peduli terhadap lingkungan dan didukung oleh energi terbarukan.

"Bandara Internasional Raja Salman akan meningkatkan posisi Riyadh sebagai pusat logistik global, merangsang transportasi, perdagangan dan pariwisata, dan bertindak sebagai jembatan yang menghubungkan Timur dengan Barat," demikian laporan Saudi Press Agency.

Menurut studio Foster + Partners, desain tersebut akan mempertimbangkan identitas Riyadh dan budaya Saudi untuk menciptakan "pengalaman perjalanan yang unik", sekaligus meraih sertifikasi LEED Platinum. Ini akan dicapai dengan menyalakan bandara menggunakan energi terbarukan dan menggabungkan "inisiatif hijau mutakhir" ke dalam desainnya.

Diversifikasi ekonomi

Dok. Foster + Partners

Arab Saudi memiliki tujuan ambisius untuk menarik 100 juta pengunjung per tahun pada 2030, karena negara tersebut berusaha untuk mendiversifikasi ekonominya dari minyak.

Setelah Arab Saudi lama ditutup untuk pengunjung asing, visa turis mulai dikeluarkan untuk pertama kalinya pada September 2019. Tujuannya tentu untuk meningkatkan industri pariwisata di negeri Timur Tengah tersebut.

Bandara Internasional King Khalid di Riyadh saat ini juga akan menjadi pangkalan bagi maskapai baru Arab Saudi, RIA, yang dijadwalkan diluncurkan akhir tahun 2022. Maskapai ini diprediksi akan menjadi pesaing Emirates dan Qatar Airways.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Cara Daftar OpenSea dengan Mudah, Lakukan 6 Langkah Ini
11 Bahasa Tertua di Dunia, Ada yang Masih Digunakan
GoTo Lepas GoTo Logistics, Bagaimana Nasib GoSend?
BTPN Syariah Bukukan Laba Rp264 miliar di Kuartal I-2024
Astra International (ASII) Bagi Dividen Rp17 Triliun, Ini Jadwalnya
Microsoft Umumkan Investasi Rp27 Triliun di Indonesia