Menapaki Seni dan Sejarah Kraton Lewat Jamuan di Royal Ambarrukmo

Royal Ambarukmo Yogyakarta ikut menjamu para delegasi G20.

Menapaki Seni dan Sejarah Kraton Lewat Jamuan di Royal Ambarrukmo
Tari Jawa Klasik tetap dilestarikan dan ruti digelar di Pendopo Agung Ambarrukmo/Dok. Ambarrukmo Yogyakarta
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Yogyakarta, FORTUNE - Ambarrukmo, sebuah hotel yang pernah berjaya di era kepemimpinan Presiden Soekarno ini menjadi salah satu hotel mewah berstandar internasional pertama di Indonesia. Hotel Ambarrukmo dibuka pada tahun 1966 sebagai hotel mewah pertama di Yogyakarta.

Tak lekang dimakan zaman, Royal Ambarrukmo Yogyakarta kini mengambil peran dalam catatan pelaksanaan forum G20 Education Working Group Meeting pada Presidensi G20 Indonesia tahun 2022. Bukan kebetulan semata, sebab Yogyakarta tidak hanya dikenal sebagai Kota Pendidikan, tapi juga sebagai pusat budaya Jawa atau yang kerap dijuluki sebagai “The Heart of Java”. 

Demikian disampaikan Wakil Gubernur DIY KGPAA Paku Alam X saat membacakan sambutan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X pada Welcome Dinner kegiatan First Education Working Group Meeting G20 Indonesia 2022 di Bale Kambang, Royal Ambarrukmo Hotel, Yogyakarta pada Rabu (16/03). 

Sebagai hotel legendaris, Royal Ambarrukmo menghadirkan ingatan dalam sentuhan keindahan karya seni kuliner dan minuman kesukaan Raja-Raja Kraton Yogyakarta yang tercipta penuh makna di era Sri Sultan Hamengku Buwono VII hingga Sri Sultan Hamengku Buwono IX, yang disebut Ladosan Dhahar Kembul Bujana. Para tamu delegasi G20 serta tamu dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi pun diajak untuk menikmati kisah dan nilai filosofi dari menu-menu yang dihadirkan saat Ladosan Dhahar Kembul Bujana ini berlangsung.

Ladosan Dhahar Kembul Bujana dan filosofi para raja

Prosesi Ladosan Dhahar Kembul Bujana di Hotel Ambarrukmo Yogyakarta/Dok. Ambarrukmo Yogyakarta

Tak sembarang menu yang disajikan. Keunikan yang menjadi daya tarik tamu-tamu yang hadir pada jamuan makan malam, dimeriahkan dengan sajian tari klasik Srimpi Pandhelori yang dibawakan oleh sanggar tari Royal Ambarrukmo. Srimpi Pandhelori merupakan tari klasik Yogyakarta yang bertemakan nilai-nilai baik dan buruk dalam kehidupan manusia. Tari ini diciptakan pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono VII yang berkuasa pada tahun 1877-1921.

Ladosan Dhahar Kembul Bujana merupakan tradisi makan mirip dengan tatanan fine dining. Konsep makan yang mengadaptasi dari tradisi makan ala bangsawan Kraton Yogyakarta dengan melibatkan beberapa orang untuk memberikan pelayanan secara eksklusif. Ladosan Dhahar Kembul Bujana ini memiliki arti jamuan makan bersama dengan pelayanan khusus. Mereka yang melayani jamuan ini khusus mengenakan pakaian tradisional yang identik dengan para abdi dalem asli, untuk wanita dengan mengenakan kemben dan kain jarik, sementara untuk pelayan laki-laki mengenakan busana peranakan, kain jarik, dan blangkon. 

Aslinya mereka yang melayani dalam tradisi Ladosan Dhahar Kembul Bujana ini dilakukan oleh para abdi dalem di Kraton Yogyakarta, tanpa mengenakan alas kaki, dan juga mengenakan Samir yang menjadi penanda bahwa Abdi Dalem yang memakainya sedang menjalankan tugas. 

Adaptasi prosesi Ladosan Dhahar Kembul Bujana di Royal Ambarrukmo

Prosesi Ladosan Dhahar Kembul Bujana di Hotel Ambarrukmo Yogyakarta/Dok. Ambarrukmo Yogyakarta

Prosesi Ladosan Dhahar Kembul Bujana yang dilakukan di Royal Ambarrukmo ini dilakukan dengan perarakan yang dimulai dari dapur utama diarak memasuki Gadri atau Bale Kambang oleh tujuh petugas perempuan dan laki-laki.

Sementara itu, menu yang disajikan sangat eksklusif dalam sajian set menu dengan setidaknya sepuluh menu-menu kesukaan Raja-Raja dari era Sri Sultan Hamengkubuwono VII hingga IX, mulai dari hidangan pembuka hingga hidangan penutup. 

Mereka yang bertugas membawa Jodhang ini dipimpin oleh satu orang Bekel atau cucuk lampah pemimpin barisan, diikuti pembawa songsong di sebelah kiri beriringan dengan empat petugas pembawa Jodhang, dan di barisan terakhir pelayan perempuan yang bertugas nantinya bertugas menyajikan hidangan di meja tamu.

Menguatkan budaya Yogyakarta di Royal Ambarukmo

Jemparingan adalah olahraga panahan khas Kerajaan Mataram. Berasal dari Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat/Dok. Ambarrukmo Yogyakarta

Royal Ambarrukmo menjadi satu-satunya hotel yang memiliki sejarah kehidupan bangsawan Kraton Yogyakarta di masa lalu, dan merupakan daya tarik khusus bagi hotel yang banyak jadi pilihan keluarga untuk melepaskan rindu pada Yogyakarta. 

Hotel yang berlokasi di Jalan Laksda Adisucipto ini mengkonservasi dan mempertahankan dua bangunan lama dalam satu kompleks area Ambarrukmo. Cikal bakal kehidupannya berasal dari Pendopo Agung Ambarrukmo yang terletak di sebelah bangunan hotel.

Bangunan pendopo ini dibangun sejak 1857 dan pernah menjadi pesanggrahan Sri Sultan Hamengku Buwono VII, dan masih kokoh berdiri hingga kini sebagai bagian keselarasan perjalanan bagunan hotel yang modern dibangun sejak 1964, memiliki 247 kamar yang telah direnovasi dengan konsep yang lebih mewah tanpa meninggalkan unsur-unsur tradisional Jawa.  

Menariknya, Pendopo Agung Ambarrukmo terus dihidupkan dengan adanya berbagai macam kegiatan budaya setiap hari. Seperti latihan suling bambu, tari jawa klasik, tari jawa kreasi, dan jemparingan yang merupakan olahraga panahan khas Kerajaan Mataram.

Ada pula kelas violin, kelas siteran, dan macapat. Seluruh aktivitas seni dan budaya ini dilaksanakan di Pendopo, Gadri, dan Bale Kambang agar budaya dan tradisi terus lestari dan diminati, dicintai seluruh generasi.

Menyimpan karya seni bersejarah Bung Karno

Relief Untung Rugi di Lereng Merapi karya Harjadi Sumadidjaja dan Sanggar Selabinangun Yogyakarta/Dok. Galeri Nasional Indonesia

Seperti halnya Hotel Indonesia yang menyimpan banyak karya seni rupa pesanan Presiden Soekarno, Hotel Royal Ambarrukmo Yogyakarta juga menyimpan sejumlah karya seni rupa penting di era 1960-an.

Salah satunya, relief ‘Untung Rugi di Lereng Merapi’ yang berada di lobi hotel dikerjakan selama enam bulan antara 1964-1965 oleh Harijadi Sumadidjaja dan Sanggar Selabinangun Yogyakarta. Pada karya ini tergambar berbagai adegan keseharian di sekitar Gunung Merapi yang identik dengan Daerah Istimewa Yogyakarta. 

Tampak Gunung Merapi yang menjulang tinggi seolah mengayomi aktivitas kerja warganya yang terdiri dari petani, pandai besi, seniman, pembatik, serta sejumlah perempuan dan anak-anak yang sedang mandi di sungai. Di salah satu bagian relief juga tampak sejumlah pejuang tengah berjaga-jaga, menyiratkan semangat revolusi belum usai, seperti yang selalu digaungkan oleh Presiden Soekarno.

Hotel Royal Ambarrukmo tentu sangat ideal bagi Anda untuk melepas dahaga seni sekaligus berwisata sambil memaknai sejarah dan kearifan lokal Yogyakarta. Seiring membaiknya situasi di tengah pandemi Covid-19, industri pariwisata dan perhotelan di Yogyakarta pun kembali menggeliat sejak akhir 2021. 

Tentu tak perlu khawatir pula jika Anda ingin menyelenggarakan kegiatan MICE (Meeting, Incentive, Conference, Exhibition) dengan fasilitas meeting dan ballroom serta perlengkapan yang modern, hingga konsep hybrid meeting, baik skala nasional maupun internasional. 

Sebagai informasi, Royal Ambarrukmo Yogyakarta mendapatkan penghargaan sebagai Leading CHSE Hotel di Yogyakarta oleh Joglosemar Tourism Awards di bawah ITTA Foundation. Hal ini semakin memperkuat Royal Ambarrukmo Yogyakarta sebagai hotel yang sangat serius dan disiplin dalam melaksanakan protokol kesehatan,  sehingga dapat terus menjadi salah satu pilihan akomodasi yang terpercaya di Yogyakarta, baik untuk tujuan bisnis, MICE maupun berwisata bersama keluarga.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Maret 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

17 Film Termahal di Dunia, Memiliki Nilai yang Fantastis
Rumah Tapak Diminati, Grup Lippo (LPCK) Raup Marketing Sales Rp325 M
Bea Cukai Kembali Jadi Samsak Kritik Warganet, Ini Respons Sri Mulyani
Ada Modus Bobol Akun Bank via WhatsApp, Begini Cara Mitigasinya
Melonjak 109%, Bank Raya Kantongi Laba Rp9,16 Miliar
Stanchart: Kemenangan Prabowo Tak Serta Merta Tingkatkan Investasi