CEO Baru H&M Ungkap Arah Baru Perusahaan

Jakarta, FORTUNE - Persaingan yang makin intens di industri ritel mode, penjualan yang terus merosot, dan tertinggal dari pesaingnya—Inditex dan SheIn—membuat Helena Helmersson mundur dari kursi CEO H&M setelah 26 tahun menjabat. Nakhoda perusahaan fesyen asal Swedia itu digantikan oleh veteran perusahaan Daniel Ervér.
Ervér yang telah menghabiskan 18 tahun di perusahaan tersebut dengan berbagai peran, mulai dari trainee toko hingga kepala merek H&M, bekerja sama dengan Helmersson — sebuah contoh langka dari seorang eksekutif yang bekerja untuk mengatasi permasalahan yang melekat dalam model bisnis fesyen secara langsung.
Melansir Vogue Business pada Senin (12/2), Ervér mengatakan industri fesyen perlu berubah. Meskipun Helmersson sudah tak ada, tapi Ervér menjelaskan bahwa dia membawa obornya.
“Kami berdua memiliki semangat yang sama terhadap keberlanjutan. Sebagai pemain besar di industri ini (pemilik delapan merek termasuk H&M, Cos, Weekday, & Other Stories dan Arket), kami perlu mengambil tanggung jawab besar dalam perubahannya,” kata Ervér, berbicara dari showroom H&M di New York. di mana dia berkunjung dari Stockholm untuk merayakan pembukaan toko SoHo baru dari merek tersebut.
Dia menambahkan, “Kami tidak akan mampu melakukannya sendiri; kita perlu melakukannya dengan pesaing, dengan pemerintah. Tapi kami bisa memainkan peran besar.”
Ervér mengambil tindakan pada saat-saat yang penuh gejolak bagi perusahaan. Pada saat Helmersson meninggalkan posisinya, H&M Group melaporkan pendapatan kuartal keempatnya. Ada penuruna penjualan sebesar 1 persen dan sekitar 4 persen antara 1 Desember 2023 dan 29 Januari 2024.
Langkah konkret yang diambil Ervér melibatkan pengurangan biaya, peningkatan pendapatan, dan persaingan yang lebih agresif dengan Shein, yang memiliki kehadiran yang sangat besar di sektor ritel. Diperkirakan pendapatan tahunan Shein mencapai US$30 miliar, melebihi penjualan tahunan H&M (dan pesaing sejawatnya, Zara) untuk pertama kalinya pada tahun 2023.
H&M juga melaporkan pendapatan sebesar US$22,5 miliar untuk tahun tersebut, mengalami peningkatan sebesar 6 persen dibandingkan dengan tahun 2022. Tekanan untuk menyaingi Shein, mendorong fast fashion untuk bersaing dengan harga yang lebih terjangkau. Siklus tren terus berputar, dan pakaian dari Shein sering kali diberi harga yang sangat rendah, menentang logika etis manufaktur dan dianggap sebagai produk sekali pakai.
Dapatkah H&M menjadi lawan Shein sambil tetap berkembang? Ada tanda-tanda yang mungkin memerinci strateginya. Ervér tidak menghindar dari label fast fashion. Dia menyatakan dampak negatifnya terjadi ketika pelanggan membeli pakaian untuk sekali pakai dan kemudian membuangnya.
"Itu bukanlah konsep fast fashion yang kami inginkan. Bagaimana kita dapat memastikan bahwa pakaian memiliki kehidupan kedua?" Daya tahan menjadi tujuan utamanya. Namun, ia tidak memberikan komentar tentang nasib pakaian mereka setelah mencapai akhir masa pakainya.