LUXURY

Mengapa Selandia Baru Jadi Tempat Pelarian Bagi Miliarder AS

Selandia Baru dinilai menjadi tempat teraman di dunia.

Mengapa Selandia Baru Jadi Tempat Pelarian Bagi Miliarder ASShutterstock/Sorang
17 September 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Peradaban dunia modern disebut-sebut tengah menghadapi ancaman bencana global. Pandemi, resesi ekonomi, krisis iklim, dan pelbagai gangguan bencana lain dikhawatirkan dapat mengancam eksistensi manusia.

Pandemi Covid-19, misalnya. Sejak mewabah pada 2020, pagebluk yang bermua di Wuhan, Tiongkok, itu telah merugikan banyak orang. Wabah yang diakibatkan oleh virus SARS-Cov-2 itu setidaknya telah merenggut 4,67 juta jiwa di seantero Bumi, menurut data Worldometer per Kamis (16/9).

Di tengah ancaman pandemi Covid-19, masyarakat di pelbagai belahan dunia juga menghadapi bencana lain: krisis iklim akibat pemanasan global, efek rumah kaca, dan sebagainya. Baru-baru ini, misalnya, Amerika Serikat (AS) dilanda oleh banjir bandang akibat badai Ida. Pada Agustus lalu, banjir juga menerjang provinsi Henan, Tiongkok, dan menewaskan ratusan orang.

Ancaman krisis iklim sepertinya tak dapat dielakkan. Bank Dunia dalam Laporan Groundswell September 2021 memperingatkan bahwa peristiwa perubahan iklim dapat menjadi pendorong migrasi besar manusia: 216 orang juta orang di enam wilayah dunia akan terpaksa pindah negara pada 2050. Menurut Bank Dunia, titik panas migrasi iklim dapat muncul pada awal 2030 dan berlanjut menyebar hingga 2050. 

Jika pelbagai risiko bencana global terutama krisis iklim yang disebutkan itu terjadi, di mana tempat terbaik untuk mengungsi? Selandia Baru kerap disebut-sebut sebagai lokasi yang bisa diandalkan.

Bunker Selandia Baru

Pemandangan lanskap Wellington
Shutterstock/Natalia Ramirez Roman

Para orang kaya dunia, terutama dari kawasanSilicon Valley, Amerika Serikat, konon “telah menyiapkan diri” akan bahaya bencana global yang mengancam peradaban manusia.

Pada 2017, sebuah artikel berjudul “Persiapan Kiamat Untuk Orang Kaya” terbitan The New Yorker menyebut para miliarder Silicon Valley telah membeli rumah di Selandia Baru. Rumah yang dibeli untuk persiapan kiamat pun “tak biasa”: lebih cocok disebut bunker karena berada di bawah tanah.

Reid Hoffman, salah satu pendiri LinkedIn dan investor terkemuka bercerita kepada The New Yorker, bahwa Selandia Baru diyakini sebagai tempat perlindungan yang aman jika terjadi bencana. Reid bahkan berkelakar membeli bunker di negara tersebut seperti memperoleh “asuransi kiamat”.

“Saya kira lebih dari lima puluh persen,” kata Reid saat ditanya mengenai berapa persen bagian dari miliarder Silicon Valley yang telah membeli bunker asuransi kiamat. “Tapi itu paralel dengan keputusan membeli rumah untuk liburan.”

Larry Page, Co-founder Google dan salah seorang terkaya dunia, juga disebut-sebut telah membeli sebuah tempat tinggal di Selandia Baru. Ia bahkan dilaporkan sudah memiliki izin tinggal di Negeri Kiwi tersebut. Meski, melansir Deutsche Welle (DW), tindakan Larry Page itu bisa jadi tidak ada hubungannya dengan upaya bertahan hidup saat kiamat.

Survei: Selandia Baru Tempat Terbaik Untuk Berlindung

Pemandangan Indah Danau Wakatipu
Shutterstock/Sorang

Related Topics