Jakarta, FORTUNE - Jaguar, merek otomotif legendaris asal Inggris, baru-baru ini memicu perdebatan setelah mengumumkan rebranding radikal yang mencakup perubahan warna, logo, hingga identitas visual perusahaan. Pengumuman ini memancing reaksi kuat dari konsumen yang merasa kehilangan koneksi emosional dengan merek berusia 89 tahun tersebut.
Rebranding Jaguar, yang kini disebut sebagai JaGUar, memperkenalkan palet warna baru berupa merah muda elektrik, merah, dan kuning, menggantikan warna klasik seperti hijau balap khas Inggris. Langkah ini juga menampilkan sosok androgini dalam materi promosi dan menghilangkan elemen mobil dalam kampanye awal. Mulai tahun 2026, perusahaan hanya akan memproduksi kendaraan listrik.
Dalam video promosi yang menuai kritik online, Jaguar menyampaikan misi barunya: “Ciptakan keceriaan. Hidup penuh warna. Hapus yang biasa. Hancurkan batasan.” Di media sosial, akun resmi @Jaguar mengajukan pertanyaan, “Penasaran?” namun tanggapan yang diterima jauh dari positif. “Aneh dan membuat tidak nyaman,” tulis Katja Vogt, seorang desainer merek asal Siprus, di Instagram.
Vogt menjelaskan, “Terutama saat ini, ketika dunia terasa begitu distopik, merek warisan seperti Jaguar seharusnya menyampaikan rasa aman, stabilitas, dan mungkin sedikit pemberontakan — jenis yang mengguncang dengan cara yang baik, bukan dengan cara yang membuat resah.”