Jakarta, FORTUNE - Perang dagang yang kembali digencarkan oleh mantan Presiden Donald Trump terhadap Cina menimbulkan kekhawatiran besar di sektor mode global. Bukan hanya industri fast fashion yang akan terdampak, tetapi juga merek-merek mewah hingga manufaktur kasmir kelas atas.
Data dari Biro Sensus AS menunjukkan bahwa pada 2023, Amerika Serikat mengimpor pakaian dan tekstil senilai US$19,6 miliar dari Cina. Peningkatan tarif impor diperkirakan memicu efek domino di seluruh rantai pasok industri mode.
“Salah kaprah yang umum adalah bahwa Cina hanya memproduksi barang murah, dan jika diputus, kita akan beralih ke pakaian kelas atas. Padahal mereka memproduksi dari kaus Shein seharga US$5 hingga sweater kasmir Double RL US$1.200," kata Derek Guy, pemerhati mode pria, mengutip Busines Insider (22/4).
“Mereka tidak pakai pabrik Cina karena mau beli cardigan US$2. Tapi karena pabrik itu membuat cardigan terbaik dengan gaya tersebut,” katanya, menambahkan.
Meski sebagian produksi telah dipindahkan ke negara seperti Vietnam dan Kamboja, pakar sejarah seni Anne Higonnet menyebut bahwa tarif baru tetap bisa menjadi “pukulan terbesar” bagi industri mode cepat.
“Perusahaan tidak bisa begitu saja membangun pabrik di AS dan mempertahankan harga lama,” ujarnya.
Tarif tambahan ini membuat perusahaan berada di persimpangan sulit: menaikkan harga atau menurunkan kualitas. Hal ini bisa memicu perubahan besar dalam perilaku konsumen. “Kalau situasinya terus seperti ini, kita akan terus mengenakan pakaian warna krem," kata Dana Thomas, penulis Deluxe: How Luxury Lost Its Luster.