Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
potret Kazuha LE SSERAFIM (instagram.com/lululemon)
potret Kazuha LE SSERAFIM (instagram.com/lululemon)

Jakarta, FORTUNE - Pasar athleisure global tengah mengalami pergeseran besar. Setelah bertahun-tahun didominasi legging ketat dan activewear membentuk tubuh, tahun 2025 menunjukkan tren jelas menuju siluet longgar dan oversized. Perubahan ini dipicu oleh preferensi generasi muda, kesadaran kesehatan, serta budaya yang lebih mengutamakan kenyamanan ketimbang keseragaman.

Data firma intelijen ritel Edited mencatat, pada kuartal I 2025 legging hanya menyumbang 39 persen dari kategori bawahan activewear, turun dari 47 persen pada 2022. Sementara itu, pencarian Google untuk “leggings” terus menurun sejak puncaknya di 2020, sebaliknya permintaan untuk “wide-leg pants” dan “oversized activewear” melonjak. Tren yang populer di kalangan Gen Z, dikenal dengan istilah Big Pant Energy, menampilkan celana parasut longgar, flared yoga pants, hingga celana katun santai.

Faktor kesehatan turut mendorong pergeseran ini. Studi American Chemical Society pada 2023 mengungkap kekhawatiran pelepasan mikroplastik dari activewear sintetis saat terpapar keringat. Merek seperti Donni dan Leset berhasil memanfaatkan momentum ini, mencatat lonjakan penjualan daring masing-masing tiga kali lipat pada 2023 dan hampir 200 perse pada 2024.

Melansir Ainvest, meski tidak secara eksplisit mengumumkan peralihan, Lululemon telah mengurangi jajaran legging sebesar 22 persen dalam tiga tahun terakhir. Perusahaan memperkenalkan produk longgar seperti “Champ Is Here” cropped track pant dan “Groove Nulu High-Rise Flared Pant” yang menonjolkan sirkulasi udara, elastisitas, dan fleksibilitas.

Strategi ini tercermin dalam kinerja kuartal I 2025, dengan pendapatan naik 7 persen secara tahunan menjadi US$2,4 miliar, didorong pertumbuhan 22 persen di Cina serta kinerja positif di APAC dan EMEA. Meski penjualan sebanding di AS turun 1 persen, CEO Lululemon mengklaim respons pelanggan terhadap inovasi produk “positif” dan menunjukkan keyakinan akan kemampuan beradaptasi perusahaan.

Secara finansial, Lululemon masih kokoh dengan kas US$1,3 miliar. Namun, sahamnya turun 20 persen setelah revisi proyeksi tahunan dan penurunan penjualan AS. Analis memproyeksi penurunan laba 1,5 persen pada 2025, tetapi optimistis pada potensi pertumbuhan 7,5 persen di 2026.

Ke depan, Lululemon berencana memperluas lini longgar di semester II 2025 dan mengembangkan teknologi kain baru. Tantangan tetap datang dari pesaing seperti Free People Movement dan Ugg yang agresif di segmen serupa.

Pergeseran ini menandai perubahan struktural dalam perilaku konsumen athleisure. Keberhasilan Lululemon mempertahankan posisinya akan sangat bergantung pada keseimbangan antara warisan sebagai merek premium dan inovasi produk yang relevan dengan pasar saat ini.

Editorial Team