Jakarta, FORTUNE - Lebih dari separuh pasangan milenial dan Gen Z kini memilih cincin tunangan dengan berlian buatan laboratorium. Pergeseran tren ini menandakan bahwa batu permata berukuran besar tak lagi menjadi simbol status seperti dulu.
Berlian buatan laboratorium semakin populer dalam beberapa tahun terakhir. Menurut Studi Real Weddings 2025 dari The Knot yang dirilis pada 26 Februari, penggunaan berlian jenis ini dalam cincin tunangan meningkat 6 persen dibandingkan tahun sebelumnya dan naik 40 persen sejak 2019.
"Meningkatnya popularitas berlian buatan laboratorium dapat dikaitkan dengan kesadaran anggaran, nilai yang dianggap lebih baik, dan praktik produksi yang etis," ujar Lauren Kay, editor eksekutif The Knot, mengutip Fortune.com (14/3). Berlian ini merupakan pilihan yang baik dan layak bagi mereka yang tidak ingin mengorbankan ukuran batu karena keterbatasan anggaran.
Karena harga berlian buatan laboratorium umumnya lebih murah, tren ini berdampak pada turunnya harga cincin tunangan secara keseluruhan. The Knot mencatat bahwa harga rata-rata cincin saat ini adalah US$5.200, turun 5,7 persen dibandingkan tahun 2023 dan lebih dari 15 persen lebih rendah dibandingkan tahun 2021.
Dalam beberapa kasus, pembeli cincin bisa menghabiskan 1,5 kali lebih banyak untuk cincin berlian alami dibandingkan dengan berlian buatan laboratorium.
"Desain adalah aspek paling penting dalam keputusan pembelian produk—dan kriteria kedua adalah harga," ujar Alexander Lacik, CEO perusahaan perhiasan Pandora.
Selain itu, generasi muda tidak terlalu memprioritaskan keaslian berlian. Gen Z (22 persen) dan milenial (28 persen) menganggap faktor ini kurang penting dibandingkan generasi sebelumnya, kata Kay.