Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Pemilik jaringan Alfamart menargetkan pembukaan 1.000 gerai Lawson di 2023.
Gerai waralaba Lawson di Indonesia

Intinya sih...

  • Presiden Direktur PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), Anggara Hans Prawira, mengakui ekspansi gerai Lawson terlalu agresif dan merugikan bisnis.

  • AMRT mengambil alih kendali Lawson dari PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI) untuk menata ulang strategi demi memulihkan performa merek convenience store asal Jepang tersebut.

  • AMRT akan fokus meninjau model bisnis Lawson secara menyeluruh, menutup gerai tidak produktif, dan memastikan profitabilitas dengan ekspansi terbatas di kota-kota besar di Pulau Jawa.

Jakarta, FORTUNE - Presiden Direktur PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), Anggara Hans Prawira, secara terbuka mengakui ekspansi gerai Lawson sebelumnya terlalu agresif. Langkah ekspansif yang dijalankan anak usaha PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI) itu justru membuat bisnis tidak tumbuh sehat. Kini, AMRT mengambil alih kendali dan bersiap menata ulang strategi demi mengembalikan performa merek convenience store asal Jepang tersebut.

"Terus terang, dulu kami terlalu agresif dalam mengembangkan Lawson," ujar Anggara dalam paparan publik di Tangerang, Kamis (22/5).

Ia menjelaskan struktur organisasi sempat dibentuk terlalu besar tanpa menyesuaikan perkembangan bisnis yang nyata. “Kami harus review ulang. Kami sinergikan dengan kekuatan Alfamart agar tidak ada redundansi,” lanjutnya.

Langkah penyelamatan dimulai sejak 14 Mei lalu, ketika AMRT resmi mengambil alih Lawson dari MIDI melalui pembelian 70 persen saham PT Lancar Wiguna Sejahtera senilai Rp200,45 miliar. Langkah ini sekaligus menempatkan pengelolaan Lawson langsung di bawah kendali Alfamart.

Menurut Anggara, format bisnis Lawson sebagai convenience store memiliki karakteristik berbeda dengan Alfamidi yang mengusung konsep minimarket dengan ukuran yang lebih besar. Dengan ukuran toko yang lebih kecil dan produk khas seperti makanan siap saji (ready to eat/RTE) dan minuman siap saji (ready to drink/RTD), Lawson dinilai lebih cocok ditangani langsung oleh AMRT yang memiliki jaringan dan sistem logistik lebih luas.

"Kami melihat Lawson lebih fit dikelola langsung oleh SAT (Sumber Alfaria Trijaya). Distribusi dan logistik Alfamart jauh lebih luas sehingga efisiensinya bisa ditingkatkan," ujarnya.

Selain itu, AMRT juga melihat potensi besar dari produk unggulan Lawson. “Produk-produk RTE dan RTD-nya menarik, dan akan kami sinergikan dengan Alfamart. Jika ada yang cocok untuk pasar Alfamart, tentu akan kami adopsi,” kata Anggara.

Tutup gerai, evaluasi model bisnis

Dalam proses restrukturisasi ini, perseroan tidak segan menutup gerai yang tidak produktif, terutama gerai Lawson yang berada di dalam toko Alfamidi, yang disebut sebagai Lawson in store (List). Sepanjang 2024, gerai Lawson yang tutup mencapai 335 unit, dari 709 gerai pada Januari 2024 menjadi 374 gerai pada Desember 2024. 

Anggara mengatakan dari total 300-an tersebut, yang terdampak merupakan gerai dalam Alfamidi. "Yang paling banyak ditutup adalah List. Formatnya hanya berupa konter di dalam toko MIDI, dan tidak berkembang dengan baik. Itu yang kita evaluasi," ujarnya.

Dia menegaskan penutupan ini bagian dari langkah pemangkasan model bisnis yang tidak relevan.

Ke depan, AMRT akan fokus meninjau model bisnis Lawson secara menyeluruh. “Kami tidak akan lagi mengejar penambahan toko secara agresif. Fokus kami jangka pendek adalah membenahi model bisnis dan memastikan profitabilitas,” katanya.

Dalam hal ekspansi, Anggara menegaskan Lawson untuk sementara hanya akan dikembangkan di kota-kota besar, terutama di Pulau Jawa.

“Kami lihat dulu potensi profitnya. Setelah yakin, baru kita lakukan ekspansi ke area yang lebih luas,” ujarnya.

Langkah ini juga didorong oleh kebutuhan konsolidasi internal, mulai dari logistik, pengadaan, hingga penguatan organisasi.

“Ada banyak area yang sedang kami matangkan bersama tim manajemen Lawson. Tapi satu hal pasti: kami ingin Lawson kembali sehat dan tumbuh dengan fondasi yang kuat,” ujar Anggara.

 

Editorial Team