Jakarta, FORTUNE - Presiden Direktur PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), Anggara Hans Prawira, secara terbuka mengakui ekspansi gerai Lawson sebelumnya terlalu agresif. Langkah ekspansif yang dijalankan anak usaha PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI) itu justru membuat bisnis tidak tumbuh sehat. Kini, AMRT mengambil alih kendali dan bersiap menata ulang strategi demi mengembalikan performa merek convenience store asal Jepang tersebut.
"Terus terang, dulu kami terlalu agresif dalam mengembangkan Lawson," ujar Anggara dalam paparan publik di Tangerang, Kamis (22/5).
Ia menjelaskan struktur organisasi sempat dibentuk terlalu besar tanpa menyesuaikan perkembangan bisnis yang nyata. “Kami harus review ulang. Kami sinergikan dengan kekuatan Alfamart agar tidak ada redundansi,” lanjutnya.
Langkah penyelamatan dimulai sejak 14 Mei lalu, ketika AMRT resmi mengambil alih Lawson dari MIDI melalui pembelian 70 persen saham PT Lancar Wiguna Sejahtera senilai Rp200,45 miliar. Langkah ini sekaligus menempatkan pengelolaan Lawson langsung di bawah kendali Alfamart.
Menurut Anggara, format bisnis Lawson sebagai convenience store memiliki karakteristik berbeda dengan Alfamidi yang mengusung konsep minimarket dengan ukuran yang lebih besar. Dengan ukuran toko yang lebih kecil dan produk khas seperti makanan siap saji (ready to eat/RTE) dan minuman siap saji (ready to drink/RTD), Lawson dinilai lebih cocok ditangani langsung oleh AMRT yang memiliki jaringan dan sistem logistik lebih luas.
"Kami melihat Lawson lebih fit dikelola langsung oleh SAT (Sumber Alfaria Trijaya). Distribusi dan logistik Alfamart jauh lebih luas sehingga efisiensinya bisa ditingkatkan," ujarnya.
Selain itu, AMRT juga melihat potensi besar dari produk unggulan Lawson. “Produk-produk RTE dan RTD-nya menarik, dan akan kami sinergikan dengan Alfamart. Jika ada yang cocok untuk pasar Alfamart, tentu akan kami adopsi,” kata Anggara.