Masuk Kuartal II 2024, Harga Bitcoin Terus Merosot

Harga Bitcoin berpeluang rebound usai sentuh US$64.000.

Masuk Kuartal II 2024, Harga Bitcoin Terus Merosot
Shutterstock/SPF

Fortune Recap

  • Harga Bitcoin (BTC) merosot dan menyebabkan likuidasi besar-besaran di pasar kripto.
  • Penurunan harga dipengaruhi oleh arus keluar ETF Bitcoin dan ekspektasi penurunan suku bunga The Fed.
  • Sentimen halving mempengaruhi tren harga BTC, dengan prediksi mencapai US$100.000 setelah fase penurunan.
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Memasuki kuartal II 2024, harga Bitcoin (BTC) merosot dan membawa pasar kripto masuk ke zona merah. Likuidasi besar-besaran terjadi di pasar kripto dan membuat banyak investor khawatir. Apa penyebabnya?

Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, mengatakan bahwa faktor utama penurunan harga Bitcoin adalah ETF Bitcoin yang mencatat total arus keluar tinggi dalam beberapa hari terakhir sejak awal April 2024.

"Aktivitas di pasar derivatif juga berperan dalam sentimen pasar yang bearish, dengan penurunan yang terlihat memegang kendali. Data dari Coinglass menunjukkan bahwa US$409 juta telah dilikuidasi dari pasar dalam 24 jam terakhir, dengan US$328 juta dalam posisi buy dihapus selama periode ini," katanya dalam keterangan resmi, Kamis (4/4).

Selain itu, GBTC Grayscale terus mengalami arus keluar dana yang signifikan pada 1 April 2024, mencapai US$302,6 juta, terutama berkontribusi terhadap arus keluar bersih gabungan sebesar US$85,7 juta yang dicatat oleh ETF Bitcoin ini.

Hal ini telah membawa lebih banyak tekanan jual pada Bitcoin, yang saat ini membebani tekanan beli di ekosistem. Data menunjukkan produk investasi ini mencapai total arus masuk US$862 juta pada minggu lalu.

Makroekonomi

Menurut Fyqieh, penurunan yang terjadi mencerminkan berkurangnya antusiasme di pasar kripto yang dipengaruhi oleh meningkatnya tantangan untuk mencapai kebijakan moneter yang lebih longgar di Amerika Serikat menjelang pertemuan The Fed 1 Mei mendatang. Hal ini diantisipasi pasar, di mana otoritas bank sentral AS diperkirakan menurunkan suku bunga.

"Saat ini, perkiraan pasar menunjukkan penurunan suku bunga terjadi pada bulan Mei sangat kecil. Oleh karenanya pasar kripto jatuh karena ekspektasi penurunan suku bunga The Fed menurun. Pelaku pasar mulai mencari posisi untuk masuk kembali ke pasar melihat kondisi makroekonomi yang belum stabli," ujarnya.

Tekanan terhadap Bitcoin belum reda, para investor sedang menunggu dengan antisipasi untuk melihat bagaimana halving BTC yang keempat ini akan mempengaruhi harga dan stabilitas pasar.

Beberapa percaya bahwa pengurangan jumlah reward blok baru akan mendorong kenaikan nilai Bitcoin, mengingat sejarah halving sebelumnya yang telah menyebabkan lonjakan harga yang signifikan. Namun, ada juga kekhawatiran bahwa dampak halving kali ini mungkin tidak sebesar sebelumnya karena efeknya telah diantisipasi dan terduga lebih baik oleh pasar.

Sentimen halving

Dari sisi sentimen halving, Fyqieh menjelaskan BTC mengalami beberapa koreksi harga, yang mendorong harga koin di bawah US$65.000. Namun, BTC diperkirakan bakal mengikuti tren harga historis menjelang halving. Jika sejarah terulang, BTC akan mengalami penurunan harga lebih lanjut sebelum mendapatkan momentum dan mencapai US$100.000.

"Tren penurunan ini bukan hal yang tidak terduga, karena BTC yang mengikuti tren historis menjelang halving mendatang. Bitcoin perlahan-lahan beralih dari fase Pre-Halving Rally ke fase Pre-Halving Retrace yang cenderung terjadi 28 hingga 14 hari sebelum peristiwa halving. Fase ini mengakibatkan penurunan harga masing-masing sebesar 38 dan 20 persen pada tahun 2016 dan 2020,” kata Fyqieh.

Menurutnya, BTC memiliki dukungan kuat di dekat angka US$64.000. harga Bitcoin mungkin akan rebound setelah menyentuh level tersebut. Namun, jika gagal menguji support dan berada di bawahnya, maka kemungkinan BTC mencapai US$60.000.

Related Topics

Bitcoin

Magazine

SEE MORE>
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023

Most Popular

Cara Membuat Akun PayPal dengan Mudah, Tanpa Kartu Kredit!
UOB Sediakan Kartu Kredit Khusus Wanita, Miliki Nasabah 70 ribu
Survei BI: Tren Harga Rumah Tapak Masih Naik di Awal 2024
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus tapi Iuran Tetap Beda, Seperti Apa?
IBM Indonesia Ungkap Fungsi WatsonX Bagi Digitalisasi Sektor Keuangan
Saksi Sidang Kasus Korupsi Tol MBZ Sebut Mutu Beton Tak Sesuai SNI