Rusia Mulai Aksi Militer di Ukraina, Indeks Saham Sedunia Rontok

Harga Bitcoin dan mata uang kripto lain ikut terdampak.

Rusia Mulai Aksi Militer di Ukraina, Indeks Saham Sedunia Rontok
Ilustrasi Konflik rusia-ukraina. Shutterstock/Tomasz Makowski
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Moskow, FORTUNE - Indeks saham di berbagai bursa sedunia dan imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS) bergerak melandai pada perdagangan Kamis (24/2). Sedangkan dolar AS, emas, dan harga minyak mentah bergerak ke arah berlawanan. Pergerakan berbagai instrumen itu akibat aksi militer Rusia ke wilayah Ukraina.

Tak lama setelah Presiden Vladimir Putin mengumumkan operasi militer khusus di Ukraina, ledakan dapat terdengar di ibu kota Ukraina, Kyiv. Pemerintah Ukraina menuduh Moskow meluncurkan invasi skala penuh.

Presiden AS Joe Biden menyatakan, negaranya dan para sekutu akan menjatuhkan sanksi berat terhadap Rusia atas serangan tersebut.

Kekhawatiran dampak ekonomi berkepanjangan

Dilansir dari Reuters, Kamis (24/2), melorotnya bursa Asia kemungkinan besar akan berlanjut hingga pasar di Eropa dan AS. Lonjakan tajam harga komoditas menambah kekhawatiran terhadap inflasi dan risiko terhadap pertumbuhan ekonomi.

Indeks berjangka Euro Stoxx 50 dan indeks berjangka Jerman DAX turun lebih dari 3,5 persen di awal transaksi. Sementara indeks berjangka FTSE turun 2 persen. Indeks S&P 500 e-mini turun 2,3 persen dan indeks berjangka Nasdaq turun 2,8 persen, memperkuat kecenderungan indeks AS bergerak melandai..

Jika ditutup pada posisi yang 20 persen lebih rendah daripada rekor penutupan tertingginya yang tercapai pada 19 November di 16.057,437 poin, Nasdaq akan mengkonfirmasi keberadaannya di jalur bearish. Penurunan itu merupakan kali pertama bursa AS kembali ke tren bearish sejak pandemi global menghancurkan pasar keuangan global. Bursa Moskow mengumumkan penangguhan semua perdagangan pada Kamis (24/2).

Perang membara, pasar Asia dilanda kekhawatiran

Di Asia, indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang turun lebih dari 3,2 persen ke level terendah sejak November 2020. Indeks saham Australia merosot lebih dari 3 persen dan indeks saham-saham unggulan di bursa Cina, CSI300, tergerus 2 persen. Indeks Nikkei di Tokyo turun 2,1 persen.

"Pasar selalu mencoba untuk menilai apakah (Rusia) akan berhenti di Donbass, dan terlihat cukup jelas bahwa mereka bergerak menuju Kyiv, yang selalu menjadi salah satu skenario terburuk, karena kami sekarang memiliki malam yang panjang di depan kami untuk mencoba. Untuk memahami betapa buruknya ini, dan sanksi apa yang diberikan, karena harus ada putaran sanksi baru sekarang terhadap Putin dan pemerintah Rusia," kata Chris Weston, kepala penelitian di Pepperstone, dikutip dari Reuters pada Kamis (24/2).

Pasar aset telah melihat peningkatan tajam dalam volatilitas selama krisis yang semakin dalam, dengan Indeks Volatilitas Cboe, yang dikenal sebagai pengukur ketakutan Wall Street, naik lebih dari 55 persen selama sembilan hari terakhir.

Mengancam harga komoditas dan kekhawatiran inflasi

Minyak mentah berjangka Brent, yang naik turun tajam pada hari Rabu (23/2), melonjak lebih dari 3,5 persen hingga menembus US$100 per barel pada hari Kamis (24/2) untuk pertama kalinya sejak September 2014.

West Texas Intermediate melonjak 4,6 persen menjadi US$96,22 per barel, tertinggi sejak Agustus 2014. Harga emas di pasar spot pun melonjak lebih dari 1,7 persen mencapai level tertinggi sejak awal Januari 2021.

Aksi jual yang semakin dalam di ekuitas terjadi setelah saham AS terpukul pada hari Rabu, dengan Dow Jones Industrial Average turun 1,38 persen menjadi hampir di atas level yang akan mengonfirmasi koreksi. 

Investor juga telah bergulat dengan prospek pengetatan kebijakan segera oleh Federal Reserve AS yang bertujuan memerangi lonjakan inflasi. Ancaman inflasi, menurut analis NAB, akan semakin nyata dengan gangguan pasokan komoditas.

Sementara ekspektasi kenaikan agresif 50 basis poin pada pertemuan The Fed Maret telah mereda, dana berjangka The Fed terus menunjukkan setidaknya enam kenaikan suku bunga tahun ini.

Meskipun demikian, ancaman geopolitik langsung membebani imbal hasil AS pada Kamis, mendorong imbal hasil obligasi pemerintah AS berjangka 10-tahun turun tajam menjadi 1,8681 persen dibanding penutupan Rabu, yaitu 1,977 persen. Sedangkan yield treasury dua tahun juga turun, menjadi 1,5 persen dari penutupan 1,6 persen. 

Harga Bitcoin dan mata uang kripto lain ikut melorot

Aksi jual menyebar ke pasar cryptocurrency, mendorong bitcoin BTC=BTSP di bawah US$35.000 untuk pertama kalinya dalam sebulan.

Harga mata uang kripto lain pun terjungkal. Mengacu data CoinMarketCap pada Kamis (24/2) pukul 13.00 WIB, harga Bitcoin ada di US$34,675,57 atau anjlok 8,66 persen dalam 24 jam terakhir. Harga Ethereum merosot 12,11 persen menjadi US$ 2.331,20.

Kemudian, harga XRP melorot 11,59 persen ke posisi US$ 0,634 dibanding level 24 jam sebelumnya, Cardano menukik 15,5 persen ke US$0,7714, dan Avalanche jatuh 12,86 persen ke US$66,21.

Sementara harga mata uang kripto berbasis meme, Dogecoin dan Shiba Inu masing-masing merosot 14,71 persen menjadi US$0,1122 dan 12,94 persen ke posisi US$0,00002177 dalam 24 jam terakhir.

Pendiri Ethereum Vitalik Buterin, sangat kecewa dengan keputusan Putin yang mengabaikan solusi damai untuk perselisihan dengan Ukraina dan malah berperang. Sikapnya diungkap lewat akun Twitter @VitalikButerin pada Kamis (24/2).

"Ini adalah kejahatan terhadap rakyat Ukraina dan Rusia. Saya ingin mendoakan keamanan semua orang, meskipun saya tahu bahwa tidak akan ada keamanan. Kemuliaan bagi Ukraina. Pengingat: Ethereum netral, tapi saya tidak,” katanya, seperti dikutip Cointelegraph.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Astra International (ASII) Bagi Dividen Rp17 Triliun, Ini Jadwalnya
Microsoft Umumkan Investasi Rp27 Triliun di Indonesia
Laba PTRO Q1-2024 Amblas 94,4% Jadi US$163 Ribu, Ini Penyebabnya
Waspada IHSG Balik Arah ke Zona Merah Pascalibur
Laba Q1-2024 PTBA Menyusut 31,9 Persen Menjadi Rp790,9 Miliar
Laba Q1-2024 Antam Tergerus 85,66 Persen Menjadi Rp238,37 Miliar