Window Dressing: Pengertian, Cara Kerja, Dampak, dan Prinsip Pembelian

Manajer investasi mempercantik portofolio jelang tutup buku.

Window Dressing: Pengertian, Cara Kerja, Dampak, dan Prinsip Pembelian
Ilustrasi Kapitalisasi Pasar. (Pixabay/Gerd Altmann)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Window dressing adalah salah satu strategi yang digunakan oleh manajer untuk mempercantik tampilan portofolio atau performa laporan keuangan jelang tutup buku atau akhir tahun.

Melalui strategi ini, tampilan laporan keuangan perusahaan maupun portofolio dana Anda menjadi semakin menarik di mata investor maupun pemegang saham.

Bagi Anda yang ingin berinvestasi di pasar saham, ada baiknya untuk mempelajari hal ini. Berikut artikel mengenai pengertian window dressing, cara kerja, dampak, dan prinsip membeli sahamnya.

Pengertian window dressing

Window dressing adalah salah satu strategi yang kerap dilakukan oleh manajer investasi dan perusahaan terbuka untuk mempercantik tampilan portofolio atau performa laporan keuangannya.

Pihak manajer investasi akan menjual saham yang memiliki kerugian yang besar dan membeli saham dengan harga tinggi di akhir tahun.

Saham dengan harga tinggi ini yang akan dilaporkan  dan mempercantik tampilan dari portofolio manajer investasi.

Istilah window dressing juga dapat merujuk pada tindakan yang diambil oleh perusahaan untuk memperbaiki laporan keuangan mereka yang akan datang. Kebijakan yang dilakukan, antara lain menunda pembayaran atau mencari cara untuk membukukan pendapatan lebih awal.

Cara kerja window dressing

Manipulasi ini biasa dilakukan dalam masa tutup buku dan sebelum laporan keuangan dikirimkan ke klien tiap perempat tahun terakhir. Ada beberapa trik akuntansi untuk praktek window dressing, seperti:

  • Menunda pembagian keuntungan bagi investor sehingga nilai saldo akhir tampak lebih besar daripada seharusnya.
  • Menampilkan jumlah utang tak tertagih dengan nominal rendah. Ini bertujuan agar angka piutang terkesan lebih besar.
  • Melakukan obral aset tetap yang mengalami penyusutan nilai besar-besaran (misalnya mesin produksi dan kendaraan operasional) agar nilai bersih aset yang tersisa menunjukkan seolah-olah ada kluster aset baru.
  • Menawarkan diskon awal kepada konsumen untuk memperoleh pendapatan lebih awal dari biasanya.
  • menunda pembayaran tagihan nasabah supaya pengeluaran tersebut dimasukkan ke periode berikutnya.
  • Menukar penyusutan dipercepat dengan penyusutan garis lurus demi mengurangi jumlah penyusutan yang dibebankan pada pengeluaran tahun ini.
  • Mengupayakan konversi tengah bulan untuk menunda pengeluaran.

Dampak window dressing bagi investor

Momen window dressing ditandai dengan kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Selain itu, penguatan nilai saham mayoritas emiten juga menjadi tanda mulainya momen window dressing. Banyak pihak menilai, musim window dressing di akhir tahun merupakan saat yang tepat untuk melakukan investasi. Alasannya, harga saham bakal menguat sehingga investor bisa mencetak imbal hasil yang lebih besar, dibandingkan biasanya.  

Mengutip laman resmi MNC Sekuritas, kebanyakan saham-saham yang mengalami fenomena window dressing tergolong sebagai penggerak utama IHSG atau memiliki kapitalisasi besar. Efek window dressing biasanya ditandai dengan naiknya sejumlah saham. Kenaikan ini di atas 5–10 persen hanya dalam satu hari perdagangan bursa.

Untuk memperoleh cuan saat fenomena ini terjadi, pastikan untuk menjadi lebih cermat dalam memilih saham, biasanya saham pendorong utama indeks. 

Tetap pertimbangkan faktor fundamental dan teknikal saham yang dipilih. Hal ini dinilai penting karena belum tentu saham yang mengalami window dressing pada tahun sebelumnya akan mengalami pola yang sama pada tahun ini. Di samping itu, alih-alih menggunakan uang panas, gunakan alokasi dana yang sudah disiapkan khusus untuk investasi.

Desember ini, besar kemungkinan IHSG juga akan kembali positif. Banyak investor optimistis badai terburuk sudah terlewati, pertumbuhan ekonomi sudah lebih baik, adanya pelonggaran aktivitas ekonomi, tingginya harga komoditas energi dan harapan stimulus pemerintah untuk memacu ekonomi adalah beberapa faktor kemungkinan IHSG kembali positif.

Prinsip membeli saham di window dressing

Berikut ini beberapa prinsip membeli saham di window dressing, diantaranya sebagai berikut:

  • Potensi perusahaan yang sahamnya ingin dibeli berada pada fase bertumbuh atau suda mature.
  • Investor dapat membeli saham dengan fundamental yang baik dan berdampak pada likuiditasnya yang lebih aman.
  • Saham yang ditampilkan uptrend sehingga lebih menghasilkan keuntungan di masa mendatang
  • Valuasi harga saham, baik overvalued serta undervalued.

Kini Anda sudah tahu bahwa window dressing adalah salah satu strategi yang dilakukan perusahaan dengan memperbaiki penampilan portofolio agar menarik perhatian para investor. Selamat berinvestasi.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Paylater Layaknya Pedang Bermata Dua, Kenali Risiko dan Manfaatnya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan
Bukan Cuma Untuk Umrah, Arab Saudi Targetkan 2,2 Juta Wisatawan RI
BI Optimistis Rupiah Menguat ke Rp15.800 per US$, Ini Faktor-faktornya
Rambah Bisnis Es Krim, TGUK Gandeng Aice Siapkan Investasi Rp700 M