Bitcoin Dianggap ‘Membosankan’, Investor Lebih Pilih Ethereum

Ethereum dianggap tak terlalu bergejolak seperti Bitcoin.

Bitcoin Dianggap ‘Membosankan’, Investor Lebih Pilih Ethereum
Ilustrasi mata uang kripto. (Pixabay/amhnasim)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Para analis aset kripto mengeluarkan proyeksi yang kurang menggembirakan bagi Bitcoin. Pasalnya, aset dengan kapitalisasi pasar terbesar itu tengah mengalami kinerja buruk.

Melansir Reuters, Rabu (7/9), harga Bitcoin dalam beberapa bulan terakhir stagnan dengan hanya bergerak di kisaran US$20.000. Nilai aset digital ini dianggap belum beranjak jauh dari posisi pada akhir Juni yang mencapai US$19.926, menurut data dari investing.com.

Situasi harga koin berkode BTC itu dianggap menimbulkan masalah terutama bagi para pedagang dan platform pertukaran. Sebab, mereka beroleh untung dari volatilitas aset digital tersebut.

“Bitcoin tidak mati, hanya membosankan saat ini, jadi para pedagang sudah mencari alternatif,” kata Martin Leinweber, ahli strategi produk aset digital di MarketVector, seperti dikutip dari Reuters.

Kondisi tersebut membuka peluang bagi Ethereum (ETH) untuk menguasai permainan di pasar aset kripto. Apalagi, aset digital ini tengah dipersiapkan untuk mengalami perubahan jaringan blockchain.

Memang, harga Bitcoin masih jauh lebih mahal ketimbang Ethereum. Melansir coinmarketcap.com, harga BTC US$18.778, sedangkan Etherum US$1.515.

Bitcoin vs Ethereum

Shutterstock/Wit Olszewski

Menurut Coinglass, volatilitas rata-rata 30 hari Bitcoin, indikator yang mengukur variasi harga Bitcoin selama periode tertentu, telah turun menjadi 2,7 persen dari sekitar 4 persen pada awal Juli.

Selama 2022 angkanya juga di bawah 5 persen, bahkan di tengah periode paling lesu atau dikenal sebagai “musim dingin kripto”.

Sebagai perbandingan, indeks dari CryptoCompare, yang menggunakan kontrak berjangka Bitcoin untuk mengetahui seberapa jauh harga diperkirakan akan berubah, saat ini mencapai 77, turun dari di atas 90 pada awal tahun.

“Ini telah menjadi periode penurunan volatilitas yang relatif lama,” kata Stephane Oulette,  CEO FRNT, perusahaan penyedia derivatif aset kripto. Menurutnya, kemerosotan Bitcoin kali ini bisa jadi berbeda ketimbang sebelumnya.

Sementara itu, Ethereum tidak menawarkan lebih banyak volatilitas harga, serta lebih stabil. Level tertinggi volatilitasnya hanya di atas 2 persen pada Maret 2020 selama kondisi pasar virus corona yang terburuk, berdasar data dari Messari.

Dalam keterangan kepada media, Jumat (2/9), Trader Tokocrypto, Afid Sugiono, menyebut Ethereum akan membawa sentimen positif bagi kinerja pasar aset kripto pada September ini. Pasalnya, ekosistem Ethereum akan segera melakukan pembaruan jaringan, atau The Merge, pada 10-20 September 2022.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Cara Daftar OpenSea dengan Mudah, Lakukan 6 Langkah Ini
11 Bahasa Tertua di Dunia, Ada yang Masih Digunakan
GoTo Lepas GoTo Logistics, Bagaimana Nasib GoSend?
BTPN Syariah Bukukan Laba Rp264 miliar di Kuartal I-2024
Astra International (ASII) Bagi Dividen Rp17 Triliun, Ini Jadwalnya
Microsoft Umumkan Investasi Rp27 Triliun di Indonesia