Harga Aset Kripto Sedang “Diskon”, Apakah Sekarang Waktunya Beli?

Harga tertekan seiring aksi jual akibat sentimen negatif.

Harga Aset Kripto Sedang “Diskon”, Apakah Sekarang Waktunya Beli?
Ilustrasi investasi kripto. Shutterstock/The Kong
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Harga sejumlah aset kripto belakangan terkoreksi seiring sejumlah sentimen negatif. CEO Indodax, Oscar Darmawan, membagikan sejumlah tips trading di tengah kondisi pasar aset digital yang lesu.

Menurut data dari coinmarketcap, Kamis (12/5), harga Bitcoin, misalnya, mencapai Rp426,04 juta, dan dianggap terendah sejak Juli 2021. Nilai kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar ini bulan sebelumnya masih mencapai Rp576,39 juta. Demikian juga harga Ethereum yang mencapai Rp28,77 juta dari Rp43,53 juta sebelumnya.

Dalam hemat Oscar, investor bisa memanfaatkan kondisi pasar saat ini dengan menebus aset kripto. Terlebih, harganya yang sedang “terdiskon”. Istilah ini kerap disebut sebagai buy the dip.

“Setelah investor membeli kripto tersebut, investor bisa menyimpan, dan menjualnya saat harganya naik nanti,” katanya dalam keterangan kepada media, Jumat (13/5).

Praktik buy the dip ini lazim dilakukan oleh investor institusi, seperti Microstrategy Inc.. Bahkan, El Salvador, sudah beberapa kali membeli Bitcoin untuk cadangan devisanya kala harga aset itu terkoreksi.

Manfaat buy the dip

CEO Indodax, Oscar Darmawan. (Dok.Indodax)

Dengan menggunakan trik buy the dip, menurut Oscar, investor bisa meningkatkan portofolio investasi kriptonya.

Meski demikian, investor diminta tetap berhati-hati dan sebaiknya menggunakan uang dingin. Aset kripto yang dipilih pun harus memiliki fundamental baik dan kapitalisasi besar. Investor juga mesti berpatokan terhadap rencana trading yang telah dibuat.

Oscar berpendapat, kerap kali di tengah kondisi pasar lesu, ada saat di mana harga Bitcoin dan aset kripto lain tiba-tiba meningkat drastis dan justru tidak terkoreksi lagi.

Dengan kata lain, penurunan saat ini sesungguhnya masih belum terlalu mengkhawatirkan. Para analis masih memperkirakan kemungkinan besar pasar aset kripto kembali positif.

“Jika dilihat secara historis pun pattern bearish seperti ini tetap akan terjadi dan kemungkinan besar akan diikuti dengan All Time High kembali nanti,” ujarnya.

Manajemen keuangan

Ilustrasi aset kripto. Shutterstock/Wit Olszewski

Oscar Darmawan turut memberikan penekanan soal perilaku manajemen keuangan dalam trading aset kripto, baik saat kondisi pasar sedang turun atau bearish maupun dalam tren peningkatan atau bullish.

“Jika seorang investor memiliki money management yang baik, maka bagaimanapun kondisi pasar tidak akan terlalu berpengaruh terhadap dirinya. Bahkan, jika seseorang memiliki money management buruk, ketika pasar sedang hijau sekalipun dia tidak akan menuai profit,” katanya.

Investor perlu memiliki manajemen keuangan baik dengan memahami kapan waktu kembali masuk ke pasar sesuai dengan bujet dan rencana investasi, menurut Oscar.

Pun begitu, dia menganggap harga kripto yang melorotini akibat aksi jual oleh para investor seiring sentimen negatif belakangan ini. Kenaikan suku bunga dari bank sentral Amerika Serikat (The Fed) dinilai salah satu penyebabnya.

Dikutip dari Antara, The Fed, Rabu (4/5), menaikkan suku bunga acuan menjadi 0,75 persen hingga 1,0 persen. Itu dianggap sebagai kenaikan suku bunga paling tajam sejak 2022.

Kebijakan itu menyusul inflasi di AS yang mencapai lebih dari 8 persen, tertinggi dalam empat dekade.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Paylater Layaknya Pedang Bermata Dua, Kenali Risiko dan Manfaatnya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan
Bukan Cuma Untuk Umrah, Arab Saudi Targetkan 2,2 Juta Wisatawan RI
BI Optimistis Rupiah Menguat ke Rp15.800 per US$, Ini Faktor-faktornya
Rambah Bisnis Es Krim, TGUK Gandeng Aice Siapkan Investasi Rp700 M