Inflasi Juli AS Melambat, Pasar Aset Kripto Kontan Menguat

Sentimen positif bagi pasar.

Inflasi Juli AS Melambat, Pasar Aset Kripto Kontan Menguat
Ilustrasi perdagangan kripto yang melorot. Shutterstock/Insta_Photos
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Tren inflasi Amerika Serikat yang melambat pada Juli 2022 disinyalir telah menjadi sentimen positif bagi pasar aset kripto. Di tengah kabar mengenai pengumuman indeks harga konsumen, nilai aset kripto menunjukkan penguatan. 

Dikutip dari coinmarketcap.com, saat artikel ini ditulis Kamis (11/8), harga Bitcoin dalam 24 jam terakhir meningkat 6,99 persen. Sedangkan, sejumlah koin alternatif atau altcoin ikut naik. Kemudian, harga Ethereum melonjak 12,44 persen, Binance Coin 4,11 persen, XRP 5,18 persen, dan Cardano 6,67 persen.

Menurut data dari Biro Statistik Tenaga Kerja Amerika Serikat (AS), inflasi negara tersebut pada Juli mencapai 8,5 persen, atau melambat dari 9,1 persen pada bulan sebelumnya. Angka inflasi pada bulan lalu ini juga sedikit di bawah ekspektasi para ekonom yang mencapai 8,7 persen.

Tren inflasi yang melambat ini mengindikasikan kenaikan harga barang dan jasa telah mencapai puncaknya pada Juni, menurut laman cryptobriefing.com.

Penurunan inflasi ini dianggap dapat menjadi pertanda baik bagi aset berisiko, termasuk kripto. 

Kebijakan The Fed

Ilustrasi perdagangan kripto. Shutterstock/Rokas Tenys

Bank sentral Amerika Serikat atau The Fed telah menyampaikan komitmennya untuk mengatasi kenaikan harga dengan menyesuaikan suku bunga berturut-turut dalam beberapa bulan terakhir. Lembaga ini menargetkan inflasi terjaga pada kisaran 2 persen.

Meski angka sekarang masih jauh dari target, perlambatan inflasi bulan lalu mengindikasikan adanya potensi perubahan kebijakan moneter The Fed. Dengan kata lain, bank sentral disinyalir takkan menerapkan langkah penyesuian moneter yang terlalu drastis. Sebab, penyesuaian suku bunga secara agresif dikhawatirkan akan mengakibatkan resesi atau pertumbuhan ekonomi negatif.

Skenario seperti itu pun secara historis dianggap akan memberikan nasib baik bagi aset kripto, seperti saham dan aset kripto.

Dikutip dari Bloomberg, Michael Novogratz, investor kawakan dari Amerika Serikat, memprediksi harga aset kripto saat ini takkan kembali ke level tertinggi seperti pernah terjadi pada 2021 atau 2017. Menurutnya, situasi tersebut terjadi karena pasar aset kripto akan tersambar oleh kebijakan bank sentral AS mengenai suku bunga.

Pertumbuhan investor Binance

Ilustrasi aset kripto. Shutterstock/Chinnapong

Sementara itu, Binance menyebut jumlah investor di platformnya melonjak karena tren inflasi serta dolar yang menguat. Namun, platform pertukaran aset kripto itu tak menyebutkan secara terperinci ihwal angka kenaikan penggunanya.

“Sekarang kami melihat inflasi meningkat di seluruh dunia, kami melihat semakin banyak orang mencari aset kripto, seperti bitcoin, sebagai cara untuk melindungi diri mereka dari inflasi,” kata Kepala Binance Amerika Latin, Maximiliano Hinz, seperti dilansir dari Reuters.

Dia menyebutkan Argentina yang mengalami inflasi tahunan mencapai 90 persen. Negara itu, katanya, telah tumbuh menjadi salah satu pasar utama perusahaan, bersamaan dengan Brasil dan Meksiko.

Hinz menyinggung soal El Salvador yang telah mengadopsi Bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah, dan dia tidak menanggapi negatif negara-negara yang belum melegalkan aset kripto bagi bisnis perusahaan.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Cara Daftar OpenSea dengan Mudah, Lakukan 6 Langkah Ini
11 Bahasa Tertua di Dunia, Ada yang Masih Digunakan
GoTo Lepas GoTo Logistics, Bagaimana Nasib GoSend?
BTPN Syariah Bukukan Laba Rp264 miliar di Kuartal I-2024
Astra International (ASII) Bagi Dividen Rp17 Triliun, Ini Jadwalnya
Microsoft Umumkan Investasi Rp27 Triliun di Indonesia